Begini Kata Pakar Dari UGM Tentang Kondisi Status Covid-19 Saat Ini
Bayu Satria Wiratama mengatakan, sifat kedaruratan Covid-19 memang telah resmi dicabut secara global.
TRIBUNJOGJA.COM - Epidemiolog dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Bayu Satria Wiratama mengatakan, sifat kedaruratan Covid-19 memang telah resmi dicabut secara global.
"Artinya sudah mulai transisi ke masalah kesehatan global biasa, di mana penanganannya berbeda dengan darurat. Mulai dari pengurusan vaksin dan lainnya," ujar Bayu, Sabtu (6/5/2023).
Selanjutnya, kata Bayu, penentuan kondisi Covid-19 dikembalikan ke masing-masing negara. "Tapi karena masih transisi, beberapa masih diberlakukan sifat daruratnya seperti pengadaan vaksin," kata Bayu.
Menurut Bayu, pemerintah perlu mempersiapkan langkah transisi ke arah endemi, mulai dari sistem surveilans hingga komunikasi risikonya. Sebagai contoh, tidak perlu lagi melakukan update kasus harian Covid-19 ke publik, cukup secara bulanan.
"Kemudian, responsnya, ya, sama seperti penyakit lain seperti DBD, sudah tidak ada larangan perjalanan terkait Covid-19 dan lain sebagainya," terang Bayu. Dia juga berpesan, agar vaksinasi lebih digencarkan lagi untuk mempersiapkan ke arah endemi, terutama dosis lengkap dan booster atau penguat dosis pertama.
Epidemiolog UGM lainnya, dr. Riris Andono Ahmad, MPH., Ph.D menjelaskan, akhir dari pandemi lebih tepat diartikan sebagai pandemi Covid-19 sudah tidak lagi menjadi perhatian utama banyak pihak atau masyarakat secara luas. Namun, virus Sars-CoV-2 pada kenyataannya tetap ada dan transmisinya masih terjadi secara global sehingga akan tetap berlangsung.
“Tidak berarti pandemi itu berakhir kemudian Covid-19 ini tidak ada sama sekali dan tidak ada penularan. Tidak seperti itu. Covid-19 tetap ada dan masyarakat akan hidup berdampingan dengan virusnya," katanya kepada Tribun Jogja, Sabtu (6/5/2023).
Ia mengurai, penyakit itu tetap ada, juga terjadi secara global, tapi tingkat keparahannya sudah sangat jauh berkurang. Dari penjelasan itu, kemudian bisa dibilang pandemi sudah tidak lagi menjadi masalah kesehatan di masyarakat.
Penyakit ini tidak lagi dianggap sebagai ancaman kesehatan masyarakat yang prioritas meski masih ada. “Artinya, ya, bukan ancaman prioritas lagi. Penyakitnya tetap ada. Dari waktu ke waktu, mungkin nanti juga ada semacam tahap kenaikan kasus dan sebagainya, tapi bukan ancaman” tutur dia.
Apalagi setelah cakupan pemberian vaksin ke masyarakat luas. Masyarakat bisa memiliki kekebalan dan memori kekebalan pada tubuh. Tanda-tanda berakhirnya pandemi, menurutnya, memang mendekati kenyataan. Penyakit tidak lagi menimbulkan orang sakit dan tidak membebani sistem kesehatan sehingga pada akhirnya tidak terlalu menjadi masalah.
Di DI Yogyakarta, kasus Covid-19 ada 264 orang per pekan, mulai 29 April hingga 4 Mei 2023. Sepanjang periode tersebut, lima pasien dilaporkan meninggal dunia. Angka tersebut terlihat kecil dibandingkan dengan angka di awal pandemi, di mana bisa ada 260 lebih orang terjangkit Covid-19 dalam satu hari.
“Artinya kita terinfeksi tetapi kita tidak sakit, kan tidak perlu ngapa-ngapain, to. Kita tetap beraktivitas, tidak harus ke rumah sakit dan seterusnya. Hal-hal semacam itu tidak lagi menjadi beban rumah sakit, puskesmas, atau sistem kesehatan secara luas," terangnya.
Dikatakannya, saat ini, evolusi virus secara alami mengalami penurunan keparahan. Virus yang menyebabkan keparahan dan kematian tidak dapat berkembang biak. Sebab, mereka akan mati ketika penderita diisolasi atau karena meninggal. Dengan demikian, Covid-19 kini sudah berubah selayaknya penyakit flu biasa.
"Setiap varian baru agar bisa menjadi varian yang dominan, harus lebih menular dibandingkan varian sebelumnya. Kalau tidak lebih menular, mereka tidak bisa berkompetisi dengan varian yang ada," ungkapnya.
Meski begitu, masyarakat yang berisiko tinggi seperti mereka yang memiliki komorbid atau penyakit bawaan dan warga berusia lanjut, virus ini tetap berpotensi menimbulkan keparahan dan kematian. Apalagi bagi mereka belum mendapatkan vaksinasi Covid-19.
"Sehingga upaya vaksinasi perlu ditargetkan untuk kelompok-kelompok risiko tinggi tersebut. Bukan lagi kepada seluruh populasi," tandasnya. (Kompas.com)
Arie Sujito Merasa Kehilangan Sosok Arya Daru yang Memiliki Karir Cemerlang |
![]() |
---|
Sheila On 7 Bakal Pentas di Jogja VW Festival MUSICFEST 2025 |
![]() |
---|
Pesan Ganjar Pranowo Saat Berpidato di University Club UGM Yogyakarta |
![]() |
---|
Epidemiolog Sebut Gejala dan Cara Mencegah Penularan Varian Nimbus Covid-19 |
![]() |
---|
Antisipasi Penularan Covid-19, Dinkes Kota Yogya Pantau Kesehatan Jemaah Sepulang dari Tanah Suci |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.