Kasus Covid-19 di DIY Dilaporkan Mengalami Tren Kenaikan, Ini Kata Epidemiolog UGM

Kenaikan kasus Covid-19 di DIY salah satunya disebabkan oleh peningkatan mobilitas masyarakat selama libur Lebaran.

dok.istimewa
Ilustrasi Covid-19 

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Kasus terkonfirmasi Covid-19 di DIY dilaporkan mengalami tren kenaikan dalam beberapa hari terakhir.

Epidemiolog UGM, Riris Andono Ahmad, mengatakan kenaikan kasus Covid-19 di DIY salah satunya disebabkan oleh peningkatan mobilitas masyarakat selama libur Lebaran.

Terlebih pemerintah juga telah mencabut kebijakan PPKM, sehingga mobilitas masyarakat semakin longgar.

Selain itu, dia juga meyakini adanya varian Covid-19 baru yang telah merebak di tengah masyarakat dengan tingkat penularan yang lebih tinggi.

Sebelumnya, Kementerian Kesehatan RI juga telah mendeteksi dua kasus subvarian Omicron XBB.1.16 atau Arcturus di Indonesia.

Hanya saja untuk wilayah DI Yogyakarta, belum ada bukti konkrit bahwa virus varian baru tersebut telah merebak di wilayah ini.

"Mobilitas sebagai penyebab penularan itu adalah sebuah fakta dan demikian juga dengan varian baru. Masalahnya bukti yang kita miliki adalah adanya peningkatan mobilitas. Belum ada bukti saat ini yang menunjukkan adanya varian baru," kata Riris, Selasa (2/5/2023).

Meski mengalami peningkatan, saat ini sebagian besar masyarakat sudah memiliki kekebalan dan memori kekebalan terhadap Covid-19.

Saat ini pun evolusi virus secara alami mengalami penurunan keparahan.

Virus yang menyebabkan keparahan dan kematian tidak dapat berkembang biak. Sebab mereka akan mati ketika penderita diisolasi atau karena meninggal.

Dengan demikian, Covid-19 kini sudah berubah selayaknya penyakit flu biasa.

"Setiap varian baru agar bisa menjadi varian yang dominan, harus lebih menular dibandingkan varian sebelumnya. Kalau tidak lebih menular, mereka tidak bisa berkompetisi dengan varian yang ada," ungkapnya.

Meski begitu, masyarakat yang berisiko tinggi seperti mereka yang memiliki komorbid atau penyakit bawaan dan warga berusia lanjut, virus ini tetap berpotensi menimbulkan keparahan dan kematian.

Apalagi bagi mereka belum mendapatkan vaksinasi Covid-19.

"Sehingga upaya vaksinasi perlu ditargetkan untuk kelompok-kelompok risiko tinggi tersebut. Bukan lagi kepada seluruh populasi," tandasnya. (*)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved