Angka Kasus Leptospirosis di Gunungkidul Naik Tajam di Maret 2023

TRIBUNJOGJA.COM, GUNUNGKIDUL - Dinas Kesehatan (Dinkes) Gunungkidul mencatat lonjakan kasus Leptospirosis yang dilaporkan.

Bahkan sudah ada laporan penderita yang meninggal dunia.

Kepala Dinkes Gunungkidul, Dewi Irawaty mengatakan lonjakan terjadi di bulan Maret 2023 ini.

"Paling banyak di Maret sampai 25 kasus dilaporkan," ungkap Dewi pada wartawan, Selasa (14/03/2023).

Baca juga: Bima Perkasa Jogja Telan Kekalahan Kedua di Seri Semarang

Sejauh ini, sudah 29 kasus Leptospirosis di Gunungkidul. 4 lainnya dilaporkan pada Januari-Februari 2023.

Dewi mengatakan zona utara paling banyak dilaporkan kasus Leptospirosis.

Tertinggi di Kapanewon Nglipar, menyusul Gedangsari dan Patuk.

"Sudah 2 orang meninggal dunia, masing-masing dari Nglipar dan Gedangsari," katanya.

Menurut Dewi, angka kasus Leptospirosis 3 bulan pertama 2023 hampir menyamai total kasus di 2022.

Tahun lalu, tercatat 31 kasus dengan 4 orang meninggal dunia.

Ia pun meminta masyarakat untuk mewaspadai penularan Leptospirosis.

Khususnya bagi para petani di lahan basah (sawah), sebab bakteri dari kencing tikus ini mudah menyebar.

 "Sebisa mungkin gunakan alat pelindung diri, lalu utamakan kebersihan," ujar Dewi.

Baca juga: KISAH Gimin, Kakek di Sleman yang Terima UGR Tol Jogja-Solo Rp 2,8 Miliar, Ingin Beli Sawah Lagi 

Pihaknya sudah menginstruksikan Satuan Tugas (Satgas) One Health untuk bergerak menekan laju penularan.

Terutama di Nglipar yang kasusnya paling banyak.

Anggota Komisi D, Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Gunungkidul, Ari Siswanto juga menilai gerak cepat perlu dilakukan untuk mencegah penambahan kasus.

"Sosialisasi pencegahan Leptospirosis perlu lebih digencarkan ke masyarakat," kata Ari. (alx)