Politik Global
Dubes Eritrea : Barat Mulai Kehilangan Pengaruh di Benua Afrika
Dubes Eritrea untuk Rusia Petros Tseggai mengatakan pengaruh barat d benua Afrika mulai hilang menyusul sikap antikolonial generasi baru Afrika.
Penulis: Krisna Sumarga | Editor: Krisna Sumarga
TRIBUNJOGJA.COM, MOSKOW - Duta Besar Eritrea untuk Rusia, Petros Tseggai, mengatakan dunia baru anti-kolonial sedang tumbuh di benua Afrika.
Prancis dan negara-negara barat lain mulai kehilangan pengaruh di Afrika. Hal ini dikemukakan Petros Tseggai dalam wawancara dengan media Sputnik dan dikutip Al Mayadeen.
Menurutnya, dunia lain sedang dibangun saat ini, dan orang Afrika akan dapat bernapas dengan bebas begitu mereka lepas dari pengaruh Amerika dan Prancis.
Tseggai mencatat negara-negara yang paling menderita akibat manipulasi asing adalah bekas jajahan Prancis.
Alasannya, kata Tseggai, Prancis tidak hanya memiliki sikap neo-kolonialis, tetapi memang sikap kolonialis.
Dia menekankan ketika dekolonisasi terjadi pada abad ke-20, negara-negara Afrika dipaksa untuk menyimpan simpanan mereka di bank Prancis.
Kata Tseggai, banyak pemimpin Afrika memiliki sedikit watak dan sifat kolonial Eropa di kepala mereka.
Baca juga: Kudeta Burkina Faso, Jejak AS-Prancis di Afrika dan Moncernya Rusia
Baca juga: Detik-detik Milisi di Burkina Faso Bantai Warga, Datang Dini Hari Lalu Eksekusi di Rumah, 138 Tewas
Menurut diplomat itu, generasi muda Afrika kini tidak setuju dengan keadaan saat ini.
Eritrea mempertahankan hubungan normal dengan bekas metropolisnya, Italia, tetapi peran sejarah negara Eropa itu di era kolonial dikenang.
Dia juga mengatakan ingin meningkatkan hubungan dengan Italia, karena tidak ada orang jahat - tetapi manipulasi tidak dapat diterima.
Mengenai kebijakan AS, Tseggai memperingatkan pengaruh AS dapat menyebabkan dimulainya kembali konflik Tigray, karena AS mendukung angkatan bersenjata Tigray.
Sementara Amerika menyuruh orang Eritrea untuk meninggalkan Tigray, hanya pemerintah Ethiopia yang dapat meminta Asmara untuk melakukannya.
Eritrea membantu Ethiopia dalam perjuangannya melawan Front Pembebasan Rakyat Tigray, yang meletus pada November 2020.
Konflik berakhir di meja perundingan, dan ditandai perjanjian gencatan senjata yang dinegosiasikan oleh proses perdamaian yang dipimpin Uni Afrika pada November 2022.
Pada akhir Desember, dilaporkan pasukan Eritrea telah mulai menarik diri dari kota-kota besar Tigray.
Eritrea, sebuah negara Tanduk Afrika, memperoleh kemerdekaan de facto dari Ethiopia pada tahun 1991.
Eritrea memperoleh kemerdekaan de jure dua tahun kemudian dan menjalin hubungan diplomatik dengan Rusia.
Dari Burkina Faso, perkembangan menarik terjadi juga menyusul rencana Prancis memulangkan pasukan khususnya dari negara itu.
Prancis menempatkan pasukan komandonya di ibu kota Ouagadougou. Tapi Kerjasama militer kedua negara telah dihentikan.
Surat kabar Le Monde memberitakan Prancis sedang meninjau masalah kerja sama militer di masa depan dengan Burkina Faso.
Meskipun pemberontakan meningkat, dan Burkina pernah meminta bantuan pasukan Prancis, kerja sama kedua negara dalam perjanjian pertahanan menemui jalan buntu.
Kantor Menteri Pertahanan Prancis Sebastien Lecornu belum mengonfirmasi laporan Paris membuat keputusan untuk menarik pasukannya dari Burkina Faso pada Februari 2023.
Hubungan antara Burkina Faso dan Prancis semakin memburuk mengingat kegagalannya menahan kelompok dan aktivitas teroris di seluruh negeri.
Prancis sebelumnya telah menduduki negara itu dan memerintahnya dengan tangan besi sambil tetap mengintervensi urusan dalam negerinya hingga saat ini.
Pada Selasa, Le Monde melaporkan pemerintah militer Burkina Faso telah meminta Duta Besar Prancis Luc Hallade untuk meninggalkan negara.
Hallade dipersonanongrata karena diduga menyuruh rekan senegaranya untuk pindah dari salah satu kota Burkinabe karena masalah keamanan.
Selama setahun terakhir, Burkina Faso mengalami sejumlah ketidakstabilan politik, dengan dua pemerintahan kemudian digulingkan selama sembilan bulan.
Pada Oktober, Ibrahim Traore dilantik sebagai kepala pemerintahan transisi Burkina Faso di depan dewan konstitusi negara tersebut.
Pada akhir September, Letnan Kolonel Paul-Henri Sandaogo Damiba, pemimpin pemerintahan sementara yang berkuasa melalui kudeta pada awal 2022.
Ia digulingkan sekelompok perwira militer yang dipimpin oleh Traore dalam apa yang menjadi pengambilalihan militer kedua di negara dalam delapan bulan.
Damiba telah menggulingkan Presiden terpilih Roch Marc Christian Kabore pada Januari 2022.
PBB memperingatkan pada Oktober 2022, 4,9 juta orang, atau seperlima dari populasi Burkina Faso, sangat membutuhkan bantuan pangan dan kebutuhan dasar.(Tribunjogja.com/Almayadeen/xna)
Profil Bola Tinubu, Akuntan Lulusan AS, Pernah Jadi Keuangan di ExxonMobil Nigeria |
![]() |
---|
Politikus Senior Bola Tinubu Terpilih Jadi Presiden Nigeria |
![]() |
---|
China Kecam AS soal Asal Usul Virus Corona, Penyelidikan FBI Sudah Dipolitisasi |
![]() |
---|
Sergey Lavrov : Pendaftar BRICS Mencapai 20 Negara di Asia dan Afrika |
![]() |
---|
China Kecam Mentalitas Perang Dingin, Hegemonisme, dan Unilateralisme |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.