Wisata Jogja

7 REKOMENDASI Wisata Religi di Yogyakarta, Mulai dari Masjid Hingga Gereja

Wisata di Yogyakarta juga ada wisata religi yang dapat dikunjungi bagi anda yang ingin mendapatkan ketenangan jiwa

Penulis: Tribun Jogja | Editor: Ikrob Didik Irawan
TRIBUNJOGJA.COM / Azka Ramadhan
Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta. 

Masjid Mlangi dibangun pada tahun 1723 atau sebelum Kasultanan Jogja berdiri. Penetapan Masjid Mlangi sebagai masjid Pathok Negara dan Desa Mlangi sebagai desa perdikan merupakan penghargaan Sultan HB I terhadap Raden Sandiyo atau Kiai Nur Iman sebagai kakaknya.

Di kompleks Masjid Mlangi kamu juga bisa berziarah ke makam patih pertama Kraton Jogja yaitu Patih Danureja I yang meninggal pada 1799.

Masjid Mlangi sekarang terletak di Dusun Mlangi, Desa Nogotirto, Gamping, Sleman dan dikenal sebagai Masjid Jami' Mlangi.

e. Masjid Ploso Kuning terletak di : terletak di sisi utara kota yakni di Ploso Kuning, Ngaglik, Sleman.

Masjid Ploso Kuning diperkirakan dibangun setelah tahun 1724. Sejarah pendiriannya berkaitan erat dengan Kiai Mursodo (putra Kiai Nur Iman). Masjid Ploso Kuning terletak di Dusun Ploso Kuning, Desa Minomartani, Kecamatan Ngaglik, Sleman.

5. Gereja Ganjuran

Gereja Ganjuran berlokasi di Jalan Ganjuran, Jogodayoh, Sumbermulyo, Kecamatan Bambanglipuro, Bantul.

Gereja ini merupakan gereja Katolik pertama yang didirikan di Bantul oleh keluarga Schmutzer. Gereja ini dibangun pada tahun 1924.

Di kompleks gereja ada candi bernuansa Hindu, Buddha, dan Jawa.

Perlu kamu tahu, altar dan patung Hati Kudus Yesus bergaya Jawa ini mendapat persetujuan dari Tahta Suci Vatikan, sedangkan untuk bangunan gereja masih bergaya Belanda.

Candi Ganjuran ini dibangun pada 1927 oleh Schmutzer bersaudara.

Kala itu candi ini dibangun karena pabrik gula miliknya (Gondanglipuro) bisa bertahan dari krisis keuangan yang melanda dunia.

Selain itu, pembangunan candi juga menjadi wujud syukur bagi daerah tersebut yang selama bertahun-tahun menderita kekurangan

6. Kelenteng Gondomanan

Kelenteng Fuk Ling Miau yang sering disebut sebagai Kelenteng Gondomanan ini dibangun pada 1846 oleh masyarakat China di Jogja. Kelenteng ini dibangun di tanah milik De Chinese Bevolhing.

Mengutip situs BPCB DIY, nama kelenteng ini berasal dari tiga suku kata yakni Miau yang berarti kelenteng, Fuk yang bermakna berkah, dan Ling yang berarti tak terhingga.

Dengan kata lain kelenteng ini bermakna kelenteng penuh berkah yang tak terhingga.

Ciri yang menonjol dari kelenteng ini yakni adanya dua patung naga bertengger di bubungan atapnya. Kedua patung naga itu saling berhadapan.

Masing-masing berpose membuka mulut, mengangkat ekor tegak lurus ke atas dan menatap tajam pada sebuah bola api/mutiara yang berada di tengah keduanya.

Kelenteng Gondomanan resmi berstatus cagar budaya berdasarkan Peraturan Menteri Kebudayaan dan Pariwisata No. PM.25/PW.007/MKP/2007.

Kelenteng yang digunakan sebagai tempat ibadah umat Konghucu dan Buddha ini berada di Jalan Brigjen Katamso No 3, Prawirodirjan, Gondomanan, Kota Yogyakarta.

7. Pura Vaikuntha Vyomantara

Pura Vaikuntha Vyomantara ini berada di kompleks Lanud Adisutjipto Jogja. Lokasi pura ini berada di lahan 5.000 meter persegi dan berdampingan dengan Gereja Kristen Protestan dan masjid di kompleks Lanud.

Peresmian Kori Agung Pura Vaikuntha Vyomantara ini dilakukan Marsekal Ida Bagus Putu Duni yang menjabat sebagai KSAU kala itu pada 2014 silam.

Kori Agung adalah bagian bangunan dalam Pura yang merupakan pintu masuk dan batas wilayah antara jaba tengah (Madya Mandala) dengan jeroan (Utama Mandala).

Tidak setiap orang bebas leluasa melainkan masuk satu persatu, maksudnya agar mereka yang masuk ke dalam jeroan atau (Utama Mandala) benar-benar orang yang satu antara bayu (tenaganya), sabha (perkataannya), idep (pikirannya), dan bulat tertuju hanya untuk memuja Tuhan.

( MG Muhammad Zaky Ramadhani )

Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved