Perang Rusia Vs Ukraia

Roket HIMARS Kiriman AS Hantam Gedung di Donetsk Tewaskan 60 Tentara Rusia

Roket HIMARS kiriman AS menghantam gedung di Donetsk yang digunakan pasukan Rusia, menewaskan sekurangnya 60 tentara Rusia.

Penulis: Krisna Sumarga | Editor: Krisna Sumarga
AFP / TED ALJIBE
Unit peluncur Sistem Roket Artileri Mobilitas Tinggi (HIMARS), M142 buatan AS seperti inilah yang digunakan pasukan Ukraina melawan Rusia. 

TRIBUNJOGJA.COM, DONETSK – Sekurangnya 60 tentara Rusia tewas saat bangunan tempat mereka tinggal hancur lebur terkena hantaman roket HIMARS MLRS yang dilepaskan pasukan Ukraina.  

Kementerian Pertahanan Rusia mengakui peristiwa ini, yang sebelumnya hanya beredar di berbagai grup media sosial dan kanal-kanal Telegram Ukraina.

Serangan mematikan ini termasuk petaka besar yang menimpa ppasukan Rusia di garis depan pertempuran. Jumlah korban tewas dalam waktu bersamaan terhitung sangat banyak.

Situs analisis intelijen Southfront.org termasuk yang awal-awal mengabarkan peristiwa ini. Mereka menyebut, bangunan di Desa Makayevka, Donetsk hancur dihantam roket HIMARS.

Baca juga: Amerika Serikat Kirimkan Roket HIMARS ke Ukraina

Baca juga: Drone Ukraina Hantam Pusat Distribusi Listrik di Bryansk Rusia

Baca juga: Sekjen NATO : Dukungan Militer Barat Adalah Cara Mengakhiri Perang Ukraina

Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan, dua roket dicegat oleh pasukan pertahanan udara, tetapi empat lainnya lolos menghantam sasaran.

"Akibat serangan oleh empat rudal dengan hulu ledak berdaya ledak tinggi di titik penempatan sementara, 63 prajurit Rusia tewas," kata juru bicara Kementerian Pertahanan Letnan Jenderal Igor Konashenkov.

Ia meyakinkan, semua bantuan dan dukungan yang diperlukan akan diberikan kepada keluarga pasukan yang gugur.

Serangan itu sebelumnya dilaporkan oleh Menteri Penerangan Republik Rakyat Donetsk Daniil Bezsonov.

Rudal itu menargetkan gedung sekolah kejuruan tempat pasukan ditempatkan. Itu terjadi tepat pada pukul 00:01 malam tahun baru, saat prajurit sedang merayakan pergantian tahun.

Kementerian Luar Negeri Rusia mengutuk Washington karena tidak hanya memasok senjata canggih ke Kiev, tetapi juga memberikan informasi intelijen kepada militer Ukraina tentang lokasi pasukan Rusia.

Rekaman video pendek yang dipublikasikan situs itu menunjukkan puing-puing bangunan, dan alat berat sedang berusaha menyingkirkan reruntuhan mencari korban yang tersisa.

Serangan udara pasukan Ukraina itu dilancarkan Senin (2/1/2023) atau Minggu (1/1/2023) malam waktu setempat.

Belum ada pihak yang secara independen bisa mengkonfirmasi informasi yang beredar di kanal-kanal Telegram pro-Ukraina ini.

Desa Makeyevka terletak di pinggiran barat laut Donetsk, wilayah yang menyatakan diri merdeka dan bergabung ke Federasi Rusia sejak September 2022.

Bangunan bekas kampus perguruan tinggi itu digunakan untuk akomodasi prajurit Rusia yang ditugaskan di sekitar wilayah tersebut.

Dalam foto yang dipublikasikan sebelum serangan, bangunan bertingkat itu terlihat cukup megah di tengah rerimbunan pepohonan.

Pasukan Ukraina menembaki daerah itu menggunakan roket HIMARS MRLS buatan AS sekitar tengah malam ketika prajurit Rusia sedang merayakan pergantian tahun.

Layanan keamanan setempat masih membersihkan puing-puing. Jumlah pasti korban masih belum diketahui.

Belum ada keterangan resmi dari pihak Rusia. Jika kejadian ini benar, maka menjadi kasus kesekian yang menunjukkan ketidakmampuan komando militer Kementerian Pertahanan Rusia di garis depan.

Daerah itu terus-menerus ditembaki pasukan Ukraina selama konflik. Kerusakan total yang terlihat menegaskan sesungguhnya bangunan itu itu tidak layak digunakan sebagai tempat berlindung.

Konstruksinya yang rapuh, tetapi komandan Rusia lebih memilihnya daripada banyak bangunan kuat yang ditinggalkan dengan ruang bawah tanah.

Kesalahan aneh lainnya adalah menampung ratusan prajurit sekaligus di bangunan yang sama yang sama sekali tidak aman.

Militer Rusia telah bertempur di Ukraina selama lebih dari 10 bulan, tetapi beberapa komandan tertinggi mereka belum mengetahui fasilitas sosial yang tidak dibentengi, seperti sekolah, adalah sasaran utama dan mudah artileri musuh.

Ketidakmampuan perwira Rusia yang membuat keputusan seperti itu menyebabkan gelombang kemarahan di kalangan militer dan berbagai spesialis yang menuntut hukuman mereka.

Serangan berdarah itu bahkan menimbulkan kecurigaan adanya pengkhianatan di jajaran komando militer Rusia.

Mempertimbangkan kerugian besar, waktu penyerangan, dan nilai informasional yang besar dari pukulan besar bagi militer Rusia di Tahun Baru, pengkhianatan tampaknya merupakan versi yang sangat mungkin terjadi.

Kasus di Makeyevka ini sejalan dengan kegagalan mencurigakan lainnya dari Angkatan Darat Rusia, dan dapat dibandingkan dengan tenggelamnya kapal penjelajah Moskva di Laut Hitam.(Tribunjogja.com/Southfront/Sputniknews/xna)

 

 

 

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved