Perang Rusia Ukraina

Presiden Zelensky Klaim Telah Memulai Penaklukan Kembali Wilayah Krimea

Presiden Ukraina Volodymir Zelensky mengklaim upaya penaklukan kembali wilayah Krimea telah dimulai, lewat hati dan pikiran rakyat Krimea.

Penulis: Krisna Sumarga | Editor: Krisna Sumarga
Wikipedia/Rosavtodor.ru
TARGET - Jembatan Krimea ini termasuk infrastruktur raksasa di Eropa yang dibangun Rusia setelah Semenanjung Krimea bergabung Federasi Rusia pada 2014. 

Zelensky telah berulang kali menyatakan dia bermaksud untuk menguasai Krimea, bersama dengan empat bekas wilayah Ukraina yang baru-baru ini memilih untuk bergabung dengan Federasi Rusia.

Untuk tujuan itu, AS diklaim tidak melarang Ukraina menggunakan senjata buatan Amerika untuk melakukan serangan ke Semenanjung Krimea.

Klaim dikemukakan Menteri Luar Negeri Ukraina Dmitry Kuleba pekan lalu.

Berbicara kepada The Wall Street Journal, Kuleba menggambarkan semenanjung itu, yang memilih menjadi bagian dari Rusia pada 2014, sebagai wilayah Ukraina yang diakui secara internasional.

Sementara Kiev telah berjanji Washington akan menahan diri dari menyerang tanah Rusia dengan senjata yang dipasok Amerika, kesepakatan ini tidak berlaku untuk Krimea.

“Krimea tidak berbeda dengan wilayah Ukraina lainnya,” katanya, seraya menambahkan Kiev akan mengambil kembali semua wilayahnya, baik menggunakan cara militer atau diplomatik.

“Terlalu dini untuk memperkirakan keseimbangan antara keduanya,” tambah Kuleba.

Dia juga menuduh Rusia tidak tertarik pada pembicaraan damai, dengan alasan Moskow mempersiapkan pertempuran baru.

Pejabat Rusia dalam banyak kesempatan menyatakan mereka terbuka untuk keterlibatan diplomatik dengan Ukraina tanpa prasyarat apa pun kecuali Kiev menunjukkan niat baik.

Ratusan tentara yang disebut sebagai
Ratusan tentara yang disebut sebagai "unidentified" karena tidak ada lambang di seragamnya, tiba di Krimea setelah referendum rakyat Krimea memilih bergabung ke Rusia. (EPA)

Pekan lalu, Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov juga menolak tuduhan Moskow sedang mencari pembicaraan damai dengan Ukraina sebagai taktik untuk membangun militer.

Menyusul dimulainya serangan militer Rusia di Ukraina pada akhir Februari, AS dan sekutu baratnya telah menyediakan persenjataan dalam jumlah besar kepada Kiev.

Namun, Washington enggan mendukung Ukraina dengan senjata jarak jauh, terutama rudal ATACMS dengan jangkauan 300 kilometer, karena khawatir langkah tersebut dapat meningkatkan konflik.

Untuk mencegah kemungkinan komplikasi, Washington diam-diam memodifikasi Sistem Roket Artileri Mobilitas Tinggi (HIMARS) yang dikirim ke Ukraina untuk mencegah Kiev melakukan serangan jauh ke wilayah Rusia.

Pada pertengahan September, juru bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova memperingatkan AS, jika AS memberikan senjata jarak jauh kepada Kiev, ini akan melewati garis merah dan menjadikan Amerika pihak langsung dalam konflik.(Tribunjogja.com/RussiaToday/xna)

 

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved