Pernikahan Kaesang dan Erina

Inilah Tahapan Prosesi Pernikahan Kaesang-Erina, Gunakan Adat Jawa Ala Kraton Yogyakarta

Setidaknya ada 14 tahapan prosesi pernikahan yang bakal dijalani Kaesang Pangarep dan Erina Gudono

Penulis: Miftahul Huda | Editor: Muhammad Fatoni
DOK. Instagram @erinagudono dan @kaesangp
Kaesang Pangarep dan Erina Gudono 

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Serangkaian prosesi pernikahan Kaesang Pengarep dengan Erina Sofia Gudono dijabarkan oleh Wigung Wratsangka, selaku pembawa acara pernikahan putra bungsu Presiden RI, Joko Widodo (Jokowi), Sabtu (10/12/2022) mendatang.

Tribun Jogja mencatat setidaknya ada 14 tahapan prosesi pernikahan yang bakal dijalani Kaesang dan Erina.

Wigung menjelaskan, prosesi nikah Kaesang Pangarep dan Erina Gudono dimulai dari upacara akad nikah.

Setelah akad nikah, serta pemeriksaan rukun-rukun nikah hingga ijab kabul maka akan dilanjut dengan penyerahan mahar dan tanda tangan buku nikah.

Setelah akad nikah pernikahan yang digelar secara islam selesai, acara akan berlanjut pada pelaksanaan upacara pernikahan adat Jawa.

"Penyerahan cincin kawin masuk acara budaya Jawa. Didampingi ayah dan ibu kedua mempelai," kata Wigung, seusai memandu gladi bersih pernikahan Kaesang-Erina di Royal Ambarrukmo, Selasa (6/12/2022) siang.

Prosesi ketiga masuk pada upacara adat panggih pengantin dengan tradisi Yogyakarta.

Dijelaskan Wigung, upacara panggih pengantin Jawa mengambil referensi dari Kraton Ngayogyakarta.

"Tetapi ada perubahan dan perkembangann-perkembangan yang tentu berbeda dengan Kraton, karena ini yang menyelengarakan adalah masyarakat umum," ujarnya.

Keempat, penyerahan pisang sanggan dari mempelai putri ke mempelai putra sebagai simbol dari permohohan agar kedua mempelai dipertemukan atau dipanggihkan dengan upacara kultur budaya.

Dalam prosesi ini, Presiden Jokowi nanti juga berposisi sebagai tamu yang disambut oleh keluarga mempelai putri.

Tahapan kelima, yakni prosesi kembar mayang sebagai penanda pernikahan gadis dan perjaka dalam adat Jawa.

Namun dijelaskan Wigung, untuk versi Panggih Yogyakarta proses kembar mayang saat pengantin pria dan perempuan bertemu kemudian mereka akan keluar semuanya.

"Tapi kalau upacara panggih Surakarta kembar mayang manten putri masuk, kemudian kembar mayang penganten putra diterima masuk, baru bertemu atau panggih," ujarnya.

Prosesi keenam, yakni pengantin putri mendekat ke pengantin pria, kemudian pengantin pria membawa gantal atau gulungan daun sirih yang digulung dengan benang putih.

Gulungan daun sirih itu jumlahnya ada tujuh.

"Lalu pengantin putri membawa tiga. Tiga sebagai lambang amal dan iman. Manten putra ditambah satu dia punya kedudukan sebagai imam. Jadi pengantin putra yang mengawali putra yang mengakhiri. Kakung kang miwiti kakung kang mungkasi," ungkapnya.

Prosesi yang ketujuh, pengantin putri akan membersihkan kaki suami dalam upacara Ranupada. 

Ranupada sebagai simbol pengakuan bahwa suami adalah pemimpin keluarga.

Dimana dijelaskan, air sebagai lambang pengetahuan, air merupakan lambang hidup dan kehidupan. 

Sementara prosesi kedelapan, upacara mecah tigan atau memecah telur.

"Dari kata mecah tiga yakni lahir, jodoh dan mati adalah kuasa tuhan dan manusianya hanya sekedar menjalani. Kemudian (telur) dipecah dinampan sebagai simbol agar kedua mempelai dikaruniai anak sebagai penyambung sejarah," jelasnya.

Kesembilan, pengantin berjalan searah jarum jam berada di samping kirinya pengantin putra yang diikuti ayah dan ibu mempelai putri menuju ke pelaminan.

Sepuluh, prosesi bubak kawah ngunjuk rucat degan.

"Itu menandai mantu yang pertama. Juga sejarah mataram dimana Ki Ageng Giring merelakan air kelapa muda kepada Ki Ageng Pemanahan, sehingga Ki Ageng pemanahan punya putra Danang Sutawijaya, Panembahan Senopati dan seterusnya," ungkap Wigung.

"Harapan dari prosesi ini adalah agar pernikahan ini menurunkan anak-anak keturunan yang memiliki kelebihan. Diberikan kelebihan yang baik oleh tuhan," sambungnya.

Prosesi kesebelas yakni upacara Tompo Koyo, atau dalam Panggih Surakarta disebut Kacar Kucur.

Prosesi ini memiliki simbol pengantin pria dalam hal ini menuangkan benih bahwa benih-benih itu hanya untuk istri lalu dilanjut dengan menuangkan uang receh (koin).

"Kemudian mata uang receh bahwa tidak ada besar tanpa kecil. Tidak ada banyak tanp sedikit," jelasnya.

Dua belas, pengantin pria juga menyerahkan dlingo bengle (empon-empon) yang menyimbolkan kedua mempelai diberi kesehatan.

Selain itu bunga setaman juga turut disertakan sebagai wujud sikap keutamaan.

"Itu diterima istri tidak boleh ada yang tercecer, lalu diikat diserahkan kepada ibu mempelai putri," ungkap pria yang pernah dipercayai memandu pernikahan putri Kraton Yogyakarta.

Proses tiga belas yakni Dhahar Klimah atau kedua pengantin makan nasi kuning.

Jika menurut adat Solo, Wigung menerangkan kedua pengantin saling suap-suapan.

"Tapi kalau pengantin Jogja maboten (tidak) yakni pengantin putra yang memberi, pengantin putri yang nikmati nasi. Dhahar klimah ing kakung artinya patuh pada oerintah suami. Kemudian pada lambang sandang pangan dan papan," terang dia.

Upacara terakhir yakni methuk besan atau menjemput besan.

"Bu Gudono dan mas Alen (kakak Erina) akan menyambut pak Jokowi dan ibu Iriana. Setelah disambut diantar ke tempat duduk besan (posisi kiri pengantin) Kemudian Bu Gudono sungkem. Sungkemnya diawali dengan manten putra diikuti manten putri," jelas Wigung.

(tribunjogja.com/hda)

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved