Calon Panglima TNI

Anak Petani Asall Desa Garon Madiun Itu Kini Menjadi Calon Panglima TNI

Anak petani asal Desa Garon, Kecamatan Balerejo, Kabupaten Madiun itu kini telah dicalonkan menjadi Panglima TNI.

Penulis: Hari Susmayanti | Editor: Hari Susmayanti
Dok. BNPB
Panglima Komando Gabungan Wilayah Pertahanan (Pangkogabwilhan) I Laksamana Madya Yudo Margono, Senin (23/3/2020). 

TRIBUNJOGJA.COM, JAKARTA - Anak petani asal Desa Garon, Kecamatan Balerejo, Kabupaten Madiun itu kini telah dicalonkan menjadi Panglima TNI.

Ya, Laksamana Yudo Margono resmi diajukan oleh Presiden Jokowi sebagai calon tunggal Panglima TNI yang akan menggantikan Jenderal Andika Perkasa ke DPR.

Laksamana Yudo Margono akan segera menjalani fit and proper test sebagai Panglima TNI di DPR.

Perjalanan Laksamana Yudo Margono menjadi calon Panglima TNI ini dimulai dari sebuah desa bernama Garon di Kabupaten Madiun Jawa Timur.

Yudo kecil menghabiskan masa remajanya di Desa Garon, Kecamatan Balerejo, Kabupaten Madiun.

Yudo Margono mengenyam pendidikan dasar di SDN 02 Garon dan menamatkan Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 1 Mejayan.

Setelah itu dia mendaftar di AAL di Surabaya, Jawa Timur.

Sebagai anak seorang petani, Yudo Margono harus berjuang keras untuk mendaftar AAL di Surabaya.

Jarak Kabupaten Madiun dengan Surabaya yang cukup jauh membuat Yudo Margono harus naik bus untuk pergi ke lokasi pendaftaran.

Karena tidak memiliki sanak saudara di Kota Surabaya, Yudo Margono pun terpaksa harus tidur di masjid.

Yudo Margono menjalani proses seleksi ALL dengan penuh perjuangan.

Namun, perjuangan anak petani dari kampung itu akhirnya berbuah manis.

Yudo Margono akhirnya diterima menjadi taruna ALL.

"Kayak saya, rumah Madiun daftarnya pas itu di Surabaya. Akhirnya saya ngeluarin duit buat naik bus pulang pergi untuk makan," kata Yudo seperti yang dikutip dari Kompas.com

"Terus saya waktu itu tidur di masjid karena kan memang enggak ada saudara. Mungkin ya seperti itu," sambungnya.

Setelah lulus dari AAL pada 1988, Yudo Margono langsung berdinas dengan posisi asisten Perwira Divisi (Aspadiv) Senjata Artileri Rudal di KRI Wilhelmus Zakaria Johannes-332.

Setelah itu, pria kelahiran Madiun, Jawa Timur, 26 November 1965 ini ditunjuk menjadi Kepala Departemen Operasi KRI Ki Hajar Dewantara-364 dan Perwira Pelaksana (Palaksa) KRI Fatahillah-361.

Usai menjadi palaksa, perlahan karier militer Yudo beranjak naik dengan dipercaya menjadi Komandan KRI Pandrong-801, Komandan KRI Sutanto-877, dan Komandan KRI Ahmad Yani-351.

Setelah berpetualang bersama kapal perang, Yudo pun mendapat kesempatan untuk memegang tongkat komando di beberapa satuan.

Pada 2004-2008, Yudo mengemban Komandan Pangkalan Angkatan Laut (Lanal) Tual dan Komandan Lanal Sorong pada 2008-2010.

Baca juga: Bocoran Calon yang Diusulkan jadi Panglima TNI, Disebut Hanya Calon Tunggal, Laksamana Yudo Margono

Setelahnya, ia kembali ke urusan kapal dengan menjadi Komandan Satuan Kapal Cepat (Satkat) Komando Armada Timur (Koarmatim) yang kini bernama Komando Armada II (Koarmada II) pada 2010-2011 dan Komandan Satuan Kapal Eskorta (Satkor) Koarmatim pada 2011-2012.

Yudo kemudian dipercaya menjadi Komandan Komando Latihan (Kolat) Komando Armada Barat (Koarmabar) yang kini bernama Koarmada I pada 2012-2014 dan Perwira Pembantu (Paban) II Operasi Latihan Staf Operasi TNI AL pada 2014-2015.

Selanjutnya, ia ditunjuk menjadi Komandan Pangkalan Utama Angkatan Laut (Lantamal) I Belawan pada 2015-2016, Kepala Staf Komando Armada Republik Indonesia Wilayah Barat (Koarmabar) pada 2016-2017, dan Panglima Komando Lintas Laut Militer (Pangkolinlamil) pada 2017-2018.

Karier militer Yudo pun terus meroket dengan menduduki beberapa jabatan strategis di lingkungan TNI AL lainnya, antara lain Panglima Komando Armada I 2018-2019 dan Panglima Komando Gabungan Wilayah Pertahanan I (Pangkogabwilhan I) pada 2019-2020.

Saat menjabat Pangkogabwilhan I inilah nama Yudo kian akrab di telinga masyarakat dengan keterlibatannya secara langsung memantau kehadiran kapal-kapal nelayan China yang melanggar karena memasuki wilayah Natuna, Kepulauan Riau, pada 2020.

Tak lama setelah permasalahan kapal China di Natuna, Yudo yang kala itu masih menyandang bintang tiga juga terlibat aktif dalam penanganan warga terkait Covid-19, terutama dalam pemulangan warga negeri Indonesia (WNI) yang ada di luar negeri.

Usai menjadi Pangkogabwilhan I, Yudo kemudian dilantik Presiden menjadi KSAL pada 2020 hingga saat ini.

Kini, sang bintang empat dari Matra Angkatan Laut tersebut resmi dipilih oleh Presiden Jokowi sebagai calon tunggal Panglima TNI pengganti Jenderal Andika Perkasa.

Surat Presiden (Supres) tentang calon panglima TNI sudah diserahkan oleh Presiden Jokowi kepada Ketua DPR RI Puan Maharani.

"Saya akan mengumumkan bahwa nama yang diusulkan oleh presiden untuk menggantikan Panglima TNI Jenderal Andika Perkasa adalah Laksamana TNI Yudo Margono, Kepala Staf Angkatan Laut, yang menjabat KSAL saat ini," ujar Puan dalam jumpa pers di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Senin (28/11/2022).

Puan mengatakan, Yudo diterima oleh DPR untuk mengikuti mekanisme pemilihan panglima TNI yang berlaku.

Yudo akan segera menjalani fit and proper test di Komisi I DPR. (*)

 

 

 

Sumber: Kompas.com
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved