Cerita Ashar Saputra Pakar Bambu UGM Diminta Bikin Bamboo Dome Lokasi Lunch Delegasi KTT G20 di Bali

Pakar Bambu Universitas Gadjah Mada (UGM), Ashar Saputra, ST., MT., Ph.D tidak menyangka dirinya bakal dilibatkan dalam pembuatan Bamboo Dome di The

Penulis: Ardhike Indah | Editor: Kurniatul Hidayah
Istimewa
Pakar Bambu UGM, Ashar Saputra ST., MT., Ph.D terlibat dalam pembangunan Bamboo Dome di The Apurva Kempinski, Nusa Dua, Bali. Kubah dari bambu itu digunakan untuk menjadi lokasi makan siang para delegasi KTT G20, Selasa (15/11/2022). 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Ardhike Indah

TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN - Pakar Bambu Universitas Gadjah Mada (UGM), Ashar Saputra, ST., MT., Ph.D tidak menyangka dirinya bakal dilibatkan dalam pembuatan Bamboo Dome di The Apurva Kempinski, Nusa Dua, Bali.

Bamboo Dome menjadi tempat para delegasi KTT G20, termasuk Presiden Amerika Joe Biden dan Presiden China, Xi Jinping, menyantap makan siang mereka di hari Rabu (15/11/2022).

Lokasinya tepat berada di halaman belakang The Apurva Kempinski.

Baca juga: Pemda DIY Beri Subsidi Transportasi ke 11 Distributor yang Akan Suplai Barang ke Pedagang Besar

“Sebenarnya, saya tidak menyangka bakal dilibatkan. Awalnya, dari kontak teman penggiat bambu dari Bali. Mereka menawarkan kerja sama dengan panitia nasional G20 dalam pembuatan lokasi jamuan makan para pemimpin dan delegasi G20,” ujar Ashar, Kamis (17/11/2022).

Bamboo Dome ini terbangun berkat kolaborasinya dengan Elwin Mok, visual creative consultant KTT G20 dan Rubi Roesli, desainer Bamboo Dome.

Namun, tawaran yang unik itu bukan berarti tanpa tantangan.

Perajin hanya memiliki waktu yang relatif singkat untuk menyiapkan lokasi yang estetik dan aman.

“Para penggiat, perajin bambu disediakan tiga minggu untuk menyelesaikan Bamboo Dome. Ini menuntut kerja sama yang intens antara arsitek, perajin bambu, dan saya untuk memastikan keamanannya,” papar Dosen Departemen Teknik Sipil Fakultas Teknik (FT) UGM itu.

Ashar harus mengawal proses pembuatan kubah itu dengan cukup ketat, berprinsip zero tolerance terkait keamanan struktur bangunan.

Sebagai tuan rumah, mereka yang terlibat pasti ingin memperlihatkan sesuatu yang unik dari Indonesia untuk dunia.

Maka, ide untuk membangun sebuah kubah dari rangkaian bambu-bambu apus dan petung itu pun dipilih lantaran memiliki keunikan sebagai bahan yang mudah dibentuk melengkung.

Sifat bambu itu lentur dan elastis, tapi tetap kuat dan tahan terhadap guncangan gempa.

“Idenya dari para desainer itu adalah dimana di saat dunia itu senang memilih yang artifisial, justru Bali masih memiliki yang original. Bambu  jadi pilihan karena sudah menjadi keseharian masyarakat Bali,”terangnya.

Bambu apus digunakan untuk membentuk kubahnya yang terlihat begitu cantik.

Sementara, sebagai penyangga memakai bambu petung dari Tabanan yang dibawa ke Gianyar untuk digarap oleh perajin.

“Pengerjaan kubah bambu ini dimulai dari menentukan pondasi, menyusung lengkung utama sampai keseluruhan dapat diuji struktur lengkungnya,” tutur dia yang merupakan alumni pascasarjana Chulalongkorn University itu.

Ini menjadi tantangan yang harus ditaklukkan Ashar. Membentuk lengkungan yang estetik mudah saja.

Namun, estetika itu juga harus dijadikan satu dengan keamanan agar siapapun yang beraktivitas di bawahnya tidak mengalami peristiwa yang tidak diharapkan.

“Berbeda dengan bangunan yang dibuat dari beton atau baja, membangun bambu memiliki ketidaktentuannya yang cukup tinggi, baik dari dimensi, kematangan, maupun kinerja sambungannya,” jelas dia.

Proses pengerjaan Bamboo Dome ini ternyata langsung diuji oleh alam.

Satu hari sebelum Presiden Joko Widodo melakukan cek lokasi, saat itu di Nusa Dua terjadi hujan yang sangat lebat dan angin yang sangat kencang selama dua jam.

Ia berada persis di bawah bangunan yang sedang dikerjakan sembari memperhatikan seluruh bangunan dan kondisi seluruh struktur bangunan masih stabil dan tetap kokoh walau diterpa hujan dan angin kencang.

“Di titik ini saya menjadi yakin dengan keamanan struktur bangunan Bamboo Dome yang hampir 100 persen pengerjaannya, ketika saya tidak dapat menguji secara langsung tetapi bangunan langsung diuji oleh alam,” kenangnya.

Ashar sangat mengapresiasi dan berterima kasih kepada para perajin bambu yang yang telah membantu dalam pengerjaan Bamboo Dome.

Komitmen dan keseriusan para perajin bambu yang telah cukup lama dikenalnya ini sangat terlihat dalam pengerjaan bangunan ini.

“Sangat luar biasa, betapa para perajin bambu dari desa Gianyar ini sangat serius, sungguh-sungguh, berkomitmen. Saya merasa bersyukur, beruntung, dan bangga dapat menjadi bagian dari kerja besar ini dan berharap dapat menyampaikan kepada masyarakat global bahwa di saat dunia cenderung memilih hal-hal yang artifisial tetapi kita masih punya yang masih asli,” urainya.

Melalui momen ini ia berharap, bambu dapat dimanfaatkan dan diperkenalkan lebih baik kepada masyarakat.

Ia juga berharap di masa depan UGM bisa membuat bangunan yang bagus, lekat dengan Indonesia, dan dapat menjadi nilai tambah bagi masyarakat.

“Setelah digunakan G20, bangunan ini akan dibongkar dan digantikan dengan yang baru. Saya tidak tahu kabar terbarunya bagaimana karena keputusan ada di tangan Sekretariat Negara (Setneg),” ujarnya menjawab pertanyaan Tribun Jogja.

Baca juga: Dinkes DIY Tunggu Hasil Lab untuk Deteksi Penularan Omicron Subvarian XBB di DI Yogyakarta

Ashar dikenal sebagai peneliti yang giat mengkaji bambu. Awal keseriusannya meneliti bambu terjadi pada 2008.

Kala itu, ia bekerja sama dalam pembangunan sekolah alam internasional yang seluruh bangunannya menggunakan bambu di Bali.

Dari awal kerja sama tersebut, ia kenal dengan para penggiat bambu.

Sampai saat ini Ashar telah bekerja sama dengan penggiat bambu untuk membuat bangunan bambu, tak hanya di Indonesia, namun juga di beberapa negara seperti Belgia, Cina, dan India. (ard)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved