Subvarian Omicron XBB Belum Terdeteksi di DI Yogyakarta, Ini Penjelasan dan Langkah Dinkes DIY
Dinkes DIY menyebut virus Corona subvarian Omicron XBB belum terdeteksi di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta.
Penulis: Yuwantoro Winduajie | Editor: Muhammad Fatoni
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) DIY, Pembajun Setyaningastutie menyebut virus Corona subvarian Omicron XBB belum terdeteksi di wilayah Daerah Istimewa Yogyakarta.
"Kita belum dapat laporan itu dari (RSUP) Sardjito karena WGS ada di RSUP Dr Sardjito dan BBTKLPP (Balai Besar Teknik Kesehatan Lingkungan Dan Pengendalian Penyakit)," terang Pembajun, Minggu (30/10/2022).
Upaya penelusuran untuk mendeteksi merebaknya subvarian baru itupun terus dilakukan oleh Dinas Kesehatan DIY.
Salah satunya dengan metode pemeriksaan whole genome sequencing atau WGS yang dilakukan sejumlah laboratorium
Metode WGS tersebut sebelumnya pernah dilakukan untuk mendeteksi varian Omicron dan Delta di DIY.
"Sampelnya akan kita masukkan terus ke Sardjito dan BBTKLPP untuk melihat apakah itu Omicron, Delta, atau varian baru. Mudah-mudahan jangan sampai ada (varian XBB)," tandasnya.
Sebagai informasi, varian Delta merebak pada pertengahan 2021 yang menyebabkan kenaikan kasus secara signifikan.
Sedangkan varian Omicron terdeteksi di akhir 2021.
Saat ini tren kasus positif Covid-19 di DIY terpantau mengalami peningkatan dalam beberapa hari terakhir.
Bahkan sempat mendekati angka 100 kasus seperti yang dilaporkan pada Sabtu (29/10/2022) lalu, di mana dilaporkan ada penambahan sebanyak 97 kasus di hari tersebut.
Ketua Kelompok Kerja Genetik Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FKKMK) UGM, Gunadi, mengatakan saat ini Kelompok Kerja Genetik Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FKKMK) UGM terus aktif berpartisipasi melakukan pengawasan genom atau genomic surveillance.
Salah satunya melakukan pemeriksaan sampel dengan metode WGS atau pengurutan keseluruhan genome pada virus Covid-19 untuk melacak bagian sampel yang mengalami perubahan materi genetik atau mutasi.
Adapun sampel tersebut diperoleh dari wilayah DIY dan Jawa Tengah.
“UGM masih terus melakukan genomic surveillance. Kita ambil sampel di akhir September 2022 lalu dan saat ini masing dalam proses running serta analisis harapannya hasilnya bisa keluar di minggu-minggu ini untuk bisa mengetahui apakah ada XBB di DIY dan Jateng,” urainya.
Gunadi mengimbau masyarakat untuk tidak panik menghadapi masuknya Covid-19 subvarian Omicron XBB di Indonesia.
Namun, ia tetap meminta masyarakat untuk tetap waspada dan memperkuat penerapan protokol kesehatan.
“Jangan khawatir berlebihan. Bagi yang belum vaksin segerakan vaksin dan lakukan booster juga bagi yang belum untuk meningkatkan perlindungan terhadap penularan Covid-19 sub varian baru ini,” jelasnya.
Dia menjelaskan bahwa Covid-19 akan terus terus bermutasi.
Adapun varian baru XBB merupakan hasil evolusi dari varian Omicron.
Karenanya varian XBB memiliki sifat dasar yang sama dengan Omicron dari segi kecepatan penularannya.
Disamping itu, varian ini juga dianggap setara dengan kemampuan varian Omicron BQ.1.1 dalam menghindari sistem imun tubuh.
“Varian XBB ini selain cepat penyebarannya juga bersifat imun escape setara dengan Omicron BQ. 1.1 yang bersifat paling mampu menghindar dari sistem imun kita. Ini patut menjadi perhatian kita semua,” terangnya.
Di Singapura saat ini terjadi peningkatan kasus gelombang XBB. Menurutnya, Singapura dengan cakupan vaksinasi yang bagus, namun angka kasus XBB meningkat lebih dari 50 persen dimungkinkan karena program testing, tracing, genomic survey yang cukup tinggi sehingga banyak temuan kasus.
“Singapura ini mungkin testing dan tracingnya cukup tinggi sehingga tidak berarti negara lain yang rendah kasus XBB ini memang rendah kasusnya. Bisa jadi karena testing, tracing, genomic surveillance belum tinggi,”paparnya. (*)