Berita Bantul Hari Ini
Penyebab Stunting di Bantul adalah Overweight, Underweight, KEK, Anemia dan Perokok Pasif
Stunting masih menjadi pembahasan penting pemerintah, khususnya Pemerintah Kabupaten Bantul. Pemkab Bantul pun telah membentuk Satgas Percepatan
Penulis: Santo Ari | Editor: Kurniatul Hidayah
TRIBUNJOGJA.COM, BANTUL - Stunting masih menjadi pembahasan penting pemerintah, khususnya Pemerintah Kabupaten Bantul.
Pemkab Bantul pun telah membentuk Satgas Percepatan Penurunan Stunting dan berkoordinasi dengan berbagai stakeholder untuk menangani masalah ini.
Kepala Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (Dinas P3AP2KB) Bantul Ninik Istitarini menyatakan bahwa berdasarkan hasil audit kasus stunting Tahun 2022, di Kabupaten Bantul terdapat 3.056 kasus stunting atau 6,72 persen dari 45.485 balita yang ditimbang.
Baca juga: Pemkab Magelang Kembali Raih Penghargaan Proklim dari KLHK RI
Angka ini mengalami penurunan dibanding tahun sebelumnya yang mencapai 8,37 persen.
Angka ini mengalami penurunan dibanding tahun sebelumnya yang mencapai 8,37 persen.
“Di Kabupaten Bantul terdapat 3.056 kasus stunting dari kelompok sasaran audit utama yaitu calon pengantin, ibu hamil, ibu nifas, baduta, dan balita,” ujarnya Jumat (28/10/2022).
Sedangkan berdasarkan lokus percontohan audit kasus stunting di Kalurahan Caturharjo, Pandak atau wilayah Puskesmas Pandak II, terdapat beberapa kasus risiko tinggi stunting pada masing-masing kelompok sasaran audit.
“Faktor utama penyebab resiko tinggi stunting terbanyak adalah overweight, underweight, KEK (Kekurangan Energi Kronis), anemia, dan perokok pasif,” imbuhnya.
Wakil Bupati Bantul, Joko Purnomo yang juga merupakan salah satu Tim Audit Kasus Stunting, berharap data hasil audit ini nantinya tidak hanya sekedar menjadi data yang harus diketahui saja.
“Saya mengajak untuk segera action mencari akar permasalahan mengapa angka stunting masih tinggi. Barulah akar permasalahan yang muncul dari sana kita pelajari, jangan sampai muncul di pedukuhan, kalurahan, atau di kapanewon lain," katanya.
Baca juga: Majelis Pekerja Buruh Indonesia DI Yogyakarta Minta Upah 2023 Jadi Rp 4 Juta, Ini Hasil Surveinya
Joko Purnomo mengatakan, penanggulangan stunting di Kabupaten Bantul harus melibatkan seluruh stakeholder, dari tataran keluarga, masyarakat, generasi muda dan pemangku jabatan semua punya peran yang signifikan.
Peran keluarga sangat penting untuk mencegah terjadinya stunting, dari usia kehamilan gizi dan penerapan pola hidup sehat harus senantiasa dijaga.
“Sehingga tercipta generasi yang sehat bebas dari stunting lebih-lebih di masa emas tumbuh kembang anak pada usia 0-5 tahun,” ujarnya.
Upaya keras Pemerintah Kabupaten Bantul dalam mencegah dan menanggulangi kasus stunting mendapat apresiasi dari Pemerintah Daerah DIY pada Agustus 2022 kemarin.
Kabupaten Bantul menerima penghargaan terbaik kedua penilaian kinerja Kabupaten / Kota dalam Pelaksanaan Konvergensi Intervensi Penurunan Stunting Integrasi di DIY. (nto)