Sri Sultan HB X Tekankan Pentingnya Budaya dalam Pengurangan Risiko Bencana

Ketua Umum IABI, Prof Ir Harkunti Pertiwi Rahayu, PhD, mengatakan acara itu akan berlangsung pada 24–26 Mei 2026 di Yogyakarta. 

Penulis: Hanif Suryo | Editor: Yoseph Hary W
Dok Humas Pemda DIY
KEBENCANAAN: Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X menerima jajaran pengurus Ikatan Ahli Kebencanaan Indonesia (IABI) di Gedhong Wilis, Kompleks Kepatihan, Yogyakarta, Selasa (9/9/2025). Pertemuan ini membahas rencana IABI menggelar peringatan 20 tahun Gempa Yogyakarta sekaligus pertemuan ilmiah tahunan pada Mei 2026. 

TRIBUNJOGJA.COM - Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X menegaskan, upaya pengurangan risiko bencana di Indonesia harus mempertimbangkan aspek budaya dan sosial masyarakat setempat. 

Budaya dipandang sebagai modal penting untuk membangun ketangguhan masyarakat menghadapi bencana.

Penekanan itu disampaikan Sultan saat menerima jajaran pengurus Ikatan Ahli Kebencanaan Indonesia (IABI) di Gedhong Wilis, Kompleks Kepatihan, Yogyakarta, Selasa (9/9/2025). 

Dalam pertemuan tersebut, IABI menyampaikan rencana mereka menggelar peringatan 20 tahun Gempa Yogyakarta yang akan dipadukan dengan pertemuan ilmiah tahunan.

Ketua Umum IABI, Prof Ir Harkunti Pertiwi Rahayu, PhD, mengatakan acara itu akan berlangsung pada 24–26 Mei 2026 di Yogyakarta. 

“Kami ingin kulonuwun karena akan menyelenggarakan peringatan 20 tahun Gempa Jogja yang juga inline dengan program rutin kami, berupa pertemuan ilmiah tahunan. Rencananya acara ini akan diadakan pada 24-26 Mei 2026 di Yogyakarta, yang diikuti 600 lebih anggota IABI,” ujarnya.

Harkunti menambahkan, dalam pertemuan itu Sultan menekankan pentingnya menggali aspek budaya dalam mitigasi bencana. 

“Kami juga perlu banyak belajar, termasuk benar-benar memikirkan apa yang perlu kami diskusikan lebih lanjut dalam pertemuan ilmiah kali ini. Karena memang keunikan Indonesia itu terletak pada budayanya. Setiap daerah di Indonesia itu memang beda-beda budayanya, namun itu justru bisa menjadi modal dasar yang kuat untuk ke depan,” kata Guru Besar Institut Teknologi Sumatera tersebut.

Menurut Harkunti, salah satu agenda pertemuan ilmiah nanti adalah membahas pengalaman DIY dalam penanganan kebencanaan, baik pada gempa 2006 maupun erupsi Merapi 2010. Pengalaman tersebut diharapkan dapat dibagikan kepada daerah lain di Indonesia, bahkan ke tingkat internasional. 

“Belajar dari apa yang dilakukan Sri Sultan dalam penanganan kebencanaan, nantinya akan kami masukkan ke dalam topik-topik untuk menjadi bahan diskusi kami. Karena nantinya kami tidak hanya menggelar seminar, tapi banyak juga round table discussion. Mudah-mudahan ini menjadi momen penting dari Jogja untuk Indonesia, syukur-syukur bisa kita share juga dengan teman-teman di luar Indonesia,” paparnya.

Kepala Pelaksana BPBD DIY, Noviar Rahmad, menyatakan forum ini penting karena pengalaman DIY dalam pemulihan pascabencana sudah diakui secara nasional maupun internasional.

“Jika bicara soal build and better, dalam arti bagaimana pemulihan pasca bencana yang dilakukan, dapat dikatakan kalau di Jogja ini cukup cepat prosesnya. Bahkan kecepatan pemulihan dari bencana ini sudah diakui di tingkat nasional dan juga di tingkat internasional. Hal ini juga nantinya yang akan ditularkan kepada daerah lain,” ujarnya.

 

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved