Teliti Kualitas Penglihatan Pasien Pseudofakia, Dokter Mata Ini Raih Gelar Doktor di UGM

Hal tersebut mendorong mahasiswa Program Doktoral Ilmu Kedokteran dan Kesehatan FKKMK UGM, dr. Johan A. Hutauruk, Sp. M(K), melakukan

Penulis: Ardhike Indah | Editor: Kurniatul Hidayah
TRIBUNJOGJA.COM/Ardhike Indah
Dokter spesialis mata, dr. Johan A. Hutauruk, Sp.M(K) raih gelar doktor setelah meneliti disertasi berjudul ‘Kontribusi Komponen Optikal Bola Mata terhadap Aberasi Derajat Tinggi dan Kualitas Penglihatan Psien Pseudofakia Usia Lanjut Dibandingkan dengan Pasien Usia Muda Normal’, di FKKMK UGM, Senin (24/10/2022). 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Ardhike Indah

TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN - Operasi dengan teknologi fakoemulsifikasi menjadi salah satu cara untuk memperbaiki kualitas penglihatan pasien katarak.

Pada operasi ini, dilakukan tindakan pengangkatan lensa mata dan menggantikannya dengan lensa buatan yang disebut pseudofakia atau lensa intraokular.

Namun, kualitas lensa buatan itu bisa terganggu dengan adanya aberasi optikal.

Beberapa komponen optikal memengaruhi kejadian aberasi optikal maupun higher order aberration (HOA) antara lain lapisan air mata, asferisitas kornea, diameter pupil, sudut kappa, posisi IOL, panjang aksis bola mata dan usia.

Baca juga: Kalurahan Didorong untuk Meningkatkan IT Tapi Tidak Meninggalkan Kearifan Lokal

Akan tetapi, belum ada penelitian yang membandingkan komponen optikal yang paling berpengaruh terhadap kualitas penglihatan pasien pseudofakia pada populasi usia tua di Indonesia.

Hal tersebut mendorong mahasiswa Program Doktoral Ilmu Kedokteran dan Kesehatan FKKMK UGM, dr. Johan A. Hutauruk, Sp. M(K), melakukan penelitian terhadap kualitas penglihatan pasien pseudofakia.  

Pasien pseudofakia dengan visus 6/6 dengan Kartu Snellen masih sering mengeluh bahwa kualitas penglihatannya tidak baik.

Hal ini menunjukkan bahwa pemeriksaan visus dengan kartu Snellen tidak bisa mendeteksi adanya gangguan penglihatan yang dikeluhkan pasien.

“Penelitian ini berusaha mencari penyebab gangguan penglihatan ini sehingga pada pasien pseudofakia dilakukan pemeriksaan komponen optik dan hasilnya dibandingkan dengan kelompok usia muda yang dianggap memiliki kualitas penglihatan yang terbaik,” paparnya saat ujian terbuka Program Doktor di FKKMK UGM, Senin (24/10/2022).

Johan yang merupakan dokter spesialis mata di JEC Eye Hospital and Clinics, Jakarta, membuat disertasi berjudul ‘Kontribusi Komponen Optikal Bola Mata terhadap Aberasi Derajat Tinggi dan Kualitas Penglihatan Pasien Pseudofakia Usia Lanjut Dibandingkan dengan Pasien Usia Muda Normal’.

Johan menyampaikan, dari hasil penelitiannya diketahui bahwa lapisan air mata dengan nilai non-invasive keratographic tear film break-up time (NIKBUT) yang rendah pada kelompok pseudofakia mempengaruhi gangguan kualitas penglihatan secara subjektif.

Lapisan air mata sangat penting untuk kualitas penglihatan yang baik dimana mata kering berhubungan dengan iregularitas permukaan kornea.

Temuan lain juga menunjukkan kualitas penglihatan kelompok pseudofakia mendapatkan nilai point spread function (PSF) yang sama baiknya dengan kelompok kontrol.

Hal ini dikompensasi dengan diameter pupil mesopik dan fotopik yang lebih kecil pada kelompok pseudofakia yang membantu mengurangi PSF pada pupil kecil.

Baca juga: Tingkatkan Indeks SPBE, Pemerintah Kabupaten Wonosobo Gelar Pelatihan GTA

Halaman
12
Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved