PSS Sleman
Kelompok Suporter PSS Sleman Datangi Sesi Latihan Tim Super Elja, Sampaikan 5 Tuntutan
Tim PSS Sleman didatangi sekelompok suporter saat menggelar latihan di Lapangan Pakembinangun, Senin (24/10/2022) sore tadi.
Penulis: Taufiq Syarifudin | Editor: Kurniatul Hidayah
TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN - Tim PSS Sleman didatangi sekelompok suporter saat menggelar latihan di Lapangan Pakembinangun, Senin (24/10/2022) sore tadi.
Mereka berkumpul lalu berkomunikasi dengan dengan pelatih PSS Sleman, Seto Nurdiyantoro berserta sejumlah pemain.
Dalam kedatangan suporter dalam sesi latihan itu, memiliki maksud dan tujuan untuk mendesak tim Super Elja turut bersikap tegas terkait Tragedi Kanjuruhan.
Dalam desakan tersebut ada lima poin yang disampaikan:
Baca juga: Teliti Kualitas Penglihatan Pasien Pseudofakia, Dokter Mata Ini Raih Gelar Doktor di UGM
1. PSS Sleman memiliki sikap yang jelas terkait Tragedi Kanjuruhan,
2. Menuntut PSS Sleman selaku voters untuk mendorong Kongres Luar Biasa demi merestorasi PSSI,
3. Menuntut PSS Sleman untuk sementara menarik diri dari Liga 1 selama Tragedi Kanjuruhan belum diselesaikan secara tuntas.
4. Menuntut PSS Sleman untuk melakukan evaluasi terkait keamanan dan menyusun mitigasi kebencanaan di Stadion Maguwoharjo,
5. Jika PSS Sleman masih terus pasif dan tidak memenuhi seluruh tuntutan hingga 1 November 2022 (tepat 1 bulan Tragedi Kanjuruhan), maka akan ada pergerakan yang lebih besar.
Media Officer PSS Sleman, Juan Tirta Abditama membenarkan jika ada suporter yang datang ke sesi latihan Bagus Nirwanto dkk di Lapangan Pakembinangun.
"Ya suporter datang ke lapangan, mereka menyampaikan lima poin tuntutan tersebut kepada tim di lapangan. Kebetulan yang berkomunikasi langsung dengan Coach Seto (pelatih PSS Sleman)," kata Juan saat dikonfirmasi Tribun Jogja, Senin (24/10/2022).
Di media sosial Twitter, akun @dibataspagar mengunggah cuitan terkait tuntutan yang dilakukan di Lapangan Pakembinangun.
"Beberapa suporter PSS Sleman melakukan interupsi saat latihan sore ini (24/10/2022) di Pakem. Mereka mendesak klub untuk bersikap terkait Tragedi Kanjuruhan. Mereka juga menggalang dukungan dari pemain dan official tim dalam bentuk tanda tangan. #UsutTuntasTragediKanjuruhan," cuitnya di Twitter.
Tuntutan ini menjadi salah satu upaya suporter menekan klub dengan tujuan membenahi sepak bola Tanah Air.
Suporter mendorong klub yang memiliki hak suara untuk melakukan perubahan besar di tubuh PSSI.
Akan tetapi sampai saat ini PSSI justru mengeluarkan stamen tidak akan menggelar KLB.
Hal tersebut sontak membuat banyak pihak geram.
PSSI seolah tidak mengidahkan pendapat atau dorongan dari suporter sepak bola untuk bertanggung jawab atas Tragedi Kanjuruhan.
Pengamat sepak bola nasional, Fajar Junaedi mengatakan kengototan PSSI yang tidak mau menjalankan rekomendasi TGIPF mengindikasikan beberapa hal.
"Pertama, PSSI tidak memiliki sense of crisis. Tragedi kanjuruhan bukan hanya isu nasional, tapi disorot media internasional. Kedua, PSSI memang hanya dimanfaatkan oleh para elitnya saja. Baik dengan motif ekonomi maupun politik. Ketiga, elit PSSI memang tidak mau berubah dari status quo," ujarnya kepada Tribun Jogja.
Baca juga: Kalurahan Didorong untuk Meningkatkan IT Tapi Tidak Meninggalkan Kearifan Lokal
Dengan situasi tersebut akhirnya suporter mulai merespon dengan membuat sebuah gerakan-gerakan akar rumput yang menuntut klub kebanggaannya bersikap.
Sampai saat ini baru Persis Solo yang menyatakan meminta untuk PSSI gelar KLB.
"Yang harus dilakukan suporter adalah menekan Asprov dan klub pemilik suara di kongres PSSI untuk KLB. Bukan sekadar ganti pengurus tapi tata kelola yang lebih profesional dan berintegritas," kata Fa yang juga peneliti dan dosen Ilmu Komunikasi Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY). (tsf)
