Kerusuhan Arema FC vs Persebaya
FAKTA-FAKTA Tragedi di Stadion Kanjuruhan Malang, Sejak Awal Penjualan Tiket Sudah Langgar Aturan
Fakta pelanggaran demi pelanggaran di balik tragedi kerusuhan pertandingan Arema FC vs Persebaya di Stadion Kanjuruhan, Sabtu (1/10/2022) malam.
Penulis: Alifia Nuralita Rezqiana | Editor: Kurniatul Hidayah
“Nah, problem pertama yang terjadi di lapangan itu adalah penembakan gas air mata ke arah tribun penonton, yang kemudian inilah penyebab banyaknya korban yang meninggal,” tutur Akmal Maharli.
“Karena situasi berdesak-desakan, ada yang terinjak-injak, kemudian ada yang sesak napas dan sebagainya, tidak bisa diantisipasi dengan baik, yang pada akhirnya ini yang jadi penyebab atau pemicu utama tumbal nyawa sebanyak 127 orang di Stadion Kanjuruhan,” imbuh Akmal Maharli.
Sementara itu, melansir pemberitaan Kompas TV, Minggu, Hilda, jurnalis Kompas TV melaporkan, menurut cerita dari pedagang di luar Stadion Kanjuruhan, pintu keluar masih tertutup saat seharusnya sudah dibuka.
“Saya tanyakan kepada pedagang kios yang berada di luar Stadion, mereka berkata, biasanya menit ke-80 itu (pintu keluar) dibuka. Nah, ini kemarin sampai pertandingan berakhir, (pintu keluar) belum juga dibuka,” kata Hilda.
“Nah, itulah yang menyebabkan supporter berhamburan, berusaha menjebol pintu, agar mereka bisa keluar karena mengalami sesak napas akibat gas air mata tersebut,” imbuh Hilda.
Baca juga: KESAKSIAN Penonton Arema vs Persebaya Lolos dari Tragedi yang Tewaskan 127 Orang di Kanjuruhan
Baca juga: Komentar Iwan Bule Ketum PSSI Setelah Dengar Tragedi Kanjuruhan Arema Vs Persebaya
4. FIFA larang penggunaan gas air mata di pertandingan sepak bola

Koordinator SOS Akmal Maharli berpendapat, kericuhan terjadi karena ketidaksiapan pihak panpel dan kekeliruan PSSI tentang sosialisasi aturan pertandingan sepak bola.
“Pihak PSSI juga khilaf, tidak mensosialisasikan aturan-aturan pertandingan sepak bola, bahwa pertandingan sepak bola itu berbeda dengan demonstrasi,” kata Akmal.
“Di regulasi FIFA safety and security, pasal 19 poin B, disebutkan bahwa gas air mata tidak bisa digunakan (di pertandingan sepak bola),” jelas Akmal.
5. Sepak bola perlu dihentikan untuk investigasi

“Ini tragedi terbesar sepanjang sejarah sepak bola Indonesia di mana kita harus kehilangan 127 nyawa di Stadion Kanjuruhan,” kata Koordinator SOS Akmal Maharli.
“Kita sudah ada 127 korban nyawa yang meninggal dunia dan ini merupakan tragedi kemanusiaan terbesar untuk sepak bola Indonesia, dan layak untuk menjadi perhatian kepada seluruh pihak, bahwa untuk sementara sepak bola harus dihentikan sampai kemudian dibentuk tim investigasi untuk menyelidiki kasus yang terjadi dan menghukum seberat-beratnya kepada pihak-pihak yang melanggar prosedural,” jelas Koordinator SOS Akmal Maharli.
6. Nasib Indonesia selaku tuan rumah Piala Dunia U20 2023

Menurut Akmal Maharli, tragedi kerusuhan pertandingan Arema FC vs Persebaya akan berdampak pada gelaran Piala Dunia U20 di Indonesia pada 2023.
“Ini akan menjadi perhatian serius dunia, termasuk FIFA, apalagi kita akan menggelar Piala Dunia U20 pada 2023. Bukan mustahil, kalau ini tidak disikapi serius oleh stakeholder sepak bola Indonesia, PSSI, pemerintah, kepolisian, bukan mustahil misalnya FIFA mengevaluasi keputusannya untuk Indonesia sebagai tuan rumah Piala Dunia U20 pada 2023,” jelas Akmal Maharli. (Tribunjogja.com/ANR)