G30 S PKI

Jadi Saksi Bisu Pemberantasan PKI, Gua Jombang dan Grubug Kini jadi Destinasi Wisata Kelas Dunia

Orang menyebut keindahan cahaya matahari yang menembus sela-sela dedaunan di atas mulut Gua Grubug ini sebagai" Cahaya Surga".

Penulis: Hari Susmayanti | Editor: Hari Susmayanti
TRIBUNJOGJA.COM
Pengunjung saat menjelajah di kedalaman tanah, berburu sinar cahaya di Goa Jomblang, Desa Pacarejo, Semanu, Gunungkidul, Rabu (18/10/2017). 

TRIBUNJOGJA.COM, GUNUNGKIDUL - Bagi para pecinta wisata ekstrem, nama Gua Grubug di Dusun Jetis, Desa Pacarejo, Semanu, Gunungkidul pastinya sudah tidak asing lagi.

Ya, Gua Grubug adalah ujung dari Gua Jomblang yang menjadi salah satu destinasi wisata ekstrem paling menarik di Gunungkidul.

Di lubang gua vertikal ini, wisatawan bisa menikmati keindahan sinar matahari yang masuk ke dalam gua.

Orang menyebut keindahan cahaya matahari yang menembus sela-sela dedaunan di atas mulut Gua Grubug ini sebagai" Cahaya Surga".

Namun di balik keindahan yang ditawarkan di dalam Gua Grubug, tersimpan kisah kelam sebagai lokasi pembuangan antek-antek Partai Komunis Indonesia (PKI).

Ya, Gua Grubug menjadi salah satu lokasi pembuangan mayat-mayat anggota PKI.

Dalam operasi penumpasan PKI yang dilaksanakan oleh Tentara Nasional Indonesia (TNI) pasca pemberontakan 1965, antek-antek PKI yang tertangkap di sebut-sebut banyak yang dieksekusi di Gua Grubug ini.

Orang –orang yang terkait dengan gerakan komunis tersebut dibunuh dan dilemparkan ke dalam lubang raksasa yang memiliki kedalaman sekitar 100 meter tersebut.

Meski terjadi puluhan tahun silam, cerita pembantaian pengikut PKI saat itu masih diingat oleh warga sekitar lokasi gua.

Dalam wawancara Tribunjogja.com pada 2013 silam, salah seorang warga yang tinggal di sekitar lokasi Gua Grubug bernama Untung menceritakan secara detail bagaimana aksi pemberangusan antek PKI tersebut dilakukan.

Saat itu Untung mengaku masih ingat betul bagaimana pengikut PKI dibunuh dan dibuang ke dalam dasar gua.

“Ratusan orang yang dibuang ke dalam gua, tapi warga tidak tahu berapa jumlah pastinya,”ucapnya saat ditemui seusai pulang dari ladang di sekitar lokasi Gua Grubug, Selasa(1/10/2013) silam.

Baca juga: Rekomendasi Tempat Wisata Goa di Yogyakarta, Cocok Bagi Anda yang Suka Wisata Alam

Ayah enam orang anak ini menceritakan, pembantaian pengikut PKI ini dilakukan pada malam hari.

Setelah operasi pemberantasan PKI dilaksanakan oleh pemerintah, orang-orang yang menjadi pengikut partai berpaham komunis terus ditangkapi oleh pasukan TNI.

Setelah tertangkap, orang-orang PKI ini kemudian ada yang diasingkan dan ada yang dibunuh dengan cara dibuang ke dalam gua atau sering disebut luweng.

Pembantaian PKI ini hampir berlangsung setiap malam. Orang-orang yang akan dieksekusi diturunkan dari kendaraan di jalan raya dan kemudian disuruh jalan kaki menuju ke bibir gua.

Setelah sampai di bibir gua, satu persatu pengikut PKI langsung dieksekusi dan mayatnya dibuang ke dalam gua.

Pembantaian pengikut PKI ini berlangsung cukup lama. Bahkan pernah dimulai sekitar pukul 22.00 Wib hingga pagi hari.

“Saya ingat betul saat itu malam Selasa Kliwon. Orang yang dibuang ke dalam gua cukup banyak karena dimulai sekitar pukul 22.00 hingga pagi hari menjelang warga hendak pergi ke pasar. Bahkan saya sampai mengurungkan niat untuk pergi ke pasar karena masih banyak orang yang lalu-lalang di jalan samping rumah,”ujarnya.

Saat pembantaian, lanjutnya, warga yang tinggal di sekitar lokasi gua tidak ada yang berani untuk keluar rumah. Warga memilih tinggal di dalam rumah hingga pembantaian selesai dilaksanakan. “Kami tidak tahu berapa yang dibuang dan siapa yang melakukannya. Setiap ada orang yang dibuang ke dalam gua, kami tidak berani keluar rumah,”ungkapnya.

Meski sudah puluhan tahun, Untung mengaku sampai saat ini masih trauma. Bahkan untuk bercerita kepada orang-orang luar.

Setelah era PKI berhasil ditumpas, perlahan kesereman Gua Grubug mulai pudar.

Tulang belulang manusia yang pernah dibuang ke dalam gua sudah dibersihkan oleh pemerintah sekitar tahun 1982 silam. Dari cerita yang beredar, ada sekitar tiga truk tulang-belulang yang berhasil diambil dari dalam gua.

Jadi Destinasi Wisata Kelas Dunia

Sementara dihubungi Tribunjogja.com melalui sambungan telepon, Lurah Pacarejo, Semanu, Suhadi mengakui di tengah masyarakat memang beredar cerita soal Gua Grubug yang menjadi lokasi pembuangan anggota PKI.

Namun demikian, pihaknya belum bisa memastikan kebenaranya cerita tersebut.

" Kalau soal itu (Grubug jadi lokasi pembuangan PKI), saya tidak bisa berkomentar banyak karena saya tidak mengalami sendiri. Perlu ahli sejarah itu,"katanya saat dihubungi, Kamis (29/9/2022) siang.

Suhadi mengungkapkan, saat ini Gua Grubug dan Jomblang sudah dikelola menjadi destinasi wisata unggulan di Gunungkidul.

Masyarakat di sekitarnya pun sudah menikmati dampak positif dari dibukanya Gua Jomblang dan Grubug sebagai destinasi wisata minat khusus tersebut.

" Ada sekitar 50 warga yang terlibat. Sekarang jadi sumber pemberdayaan masyarakat,"katanya.

Sebelum pandemi, kata Suhadi, wisata minat khusus yang ada di wilayahnya tersebut menjadi incaran para turis asing.

Untuk itu, pemerintah kalurahan akan berupaya untuk terus mengembangkan kedua gua tersebut menjadi tempat wisata kelas dunia.

Dengan begitu, nantinya bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekaligus menambah PAD bagi Kalurahan Pacarejo. (Tribunjogja)

 

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved