Turnamen Piala Soeratin DIY Resmi Bergulir, Dua Laga Imbang Terjadi di Pembukaan

Dalam ajang ini, pertandingan antara JK United U17 dengan Persikup Kulon Progo menjadi genderang pembuka turnamen yang akan berlangsung hingga awal

Penulis: Taufiq Syarifudin | Editor: Kurniatul Hidayah
Istimewa
Pemain JK United melewati pemain Persikup Kulon Progo dalam laga pembuka Piala Soeratin DIY di Stadion Mandala Krida, Senin (26/9/2022).  

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Turnamen Piala Soeratin DIY resmi dibuka, Senin (26/9/2022) di Stadion Mandala Krida.

Dalam ajang ini, pertandingan antara JK United U17 dengan Persikup Kulon Progo menjadi genderang pembuka turnamen yang akan berlangsung hingga awal November mendatang.

Baca juga: Hal yang Tersisa dari Tobong Gamping Khas Gunungkidul, Bertahan Demi Pegawai

Pada laga tersebut, kedua tim bermain imbang 0-0. Selain itu, pertandingan pembuka lainnya digelar di Stadion Dwi Windu yang mempertemukan PS Baturetno dan PS HW. Kedua tim itu juga bermain sama kuat 1-1.

Pada jalannya pertandingan PS HW berhasil unggul terlebih dahulu melalui gol Saktiawan Ari Syah di menit ke-54. Namun lima menit berselang, pemain PS Baturetno, Miftakhul Ulum mampu menyamakan skor jadi 1-1.

Adapun laga pembuka di Stadion Mandala Krida disaksikan langsung Ketua Umum Asprov PSSI DIY, Ahmad Syauqi Soeratno. 

Pada kesempatan itu Syauqi Suratno mengatakan, ajang Piala Soeratin ini adalah sarana pembinaan bagi pesepakbola muda. Hanya saja, dirinya menekankan agar pembinaan pesepakbola muda harus berjalan secara natural. 
 
Ia menyebutkan, para pesepakbola muda yang tergabung dalam ajang ini harus diberikan kesempatan untuk mengenali kemampuannya pada saat itu. 

"Kita tidak bisa menuntut kinerja kepada anak-anak kita yang masih usia remaja. Kesempatan untuk bermain, mematangkan karakter, memberikan kesempatan yang lebih luas, bisa membawa mereka untuk mengenal permainannya. Dan itu jauh lebih penting daripada sekedar membuat gol atau memenangkan pertandingan," ungkapnya.

Syauqi berpendapat jika hal itu amat penting karena, pertaruhan utamanya di situ adalah pertaruhan dari sisi kematangan mental. Jika cara mengelola mental salah, maka mental anak-anak tersebut justru akan jatuh. 

"Mungkin belum saatnya dituntut untuk selalu menang, mereka dipaksa untuk selalu menang. Dan itu bisa membuat membuat jatuh mentalnya dan suatu hari ini bisa menjadi trauma, dan belum tentu masalah jatuhnya mental ini akan selesai dalam 1, 2, 3 tahun ke depan," tukasnya.

Baca juga: Komitmen Tingkatkan UHC, Pemkab Sleman Jalin Kerjasama Dengan BPJS Kesehatan

Baginya, jatuhnya mental seorang pemain akan lebih sulit diperbaiki dibandingkan memperbaiki kesalahan teknis.

"Kalau kesalahan teknis masih bisa diselesaikan, kekurang sempurnaan bentuk fisik, bentuk tubuh, masih bisa dilatih, tapi persoalan mental yang down itu tidak sederhana membangkitkannya. Karena itulah, mari Bapak Ibu sekalian kita bersama-sama membina anak-anak kita dengan cara yang tepat," pungkasnya. (tsf) 

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved