Mahasiswa KKN UNY Olah Kotoran Burung Puyuh Menjadi Pupuk Kandang di Desa Gajahan Karanganyar
Mahasiswa KKN UNY di Desa Gajahan, Colomadu, Karanganyar mengolah kotoran burung puyuh sebagai pupuk tanaman sayur.
Penulis: Tribun Jogja | Editor: Kurniatul Hidayah
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Mahasiswa KKN UNY di Desa Gajahan, Colomadu, Karanganyar mengolah kotoran burung puyuh sebagai pupuk tanaman sayur.
Mereka adalah Fauzan Margi Wijayanto prodi PGSD, Putri Oktaviani Pendidikan Luar Biasa, Krista Laila Afifah Pendidikan Administrasi Perkantoran, Kharisma Pendidikan Geografi, Luthfiana Nada Faiha Mufidah Ilmu Keolahragaan, Zaqya Risda Rakhmasari Pendidikan Akuntansi, Marini Azzah Afifah PJSD, Fahrul Ahmad Fauzi Pendidikan Teknik Informatika, Sekar Arum Purnama Jati Pendidikan Ekonomi dan Yahya Irawan Pendidikan Teknik Mesin.
Menurut Fauzan Margi Wijayanto di Desa Gajahan banyak peternak burung puyuh sebagai sentral peternakan puyuh di Colomadu.
Baca juga: Peneliti UGM Soroti Kebijakan Soal Kenaikan Harga BBM dan Tata Kelola Pendistribusiannya
“Hal yang menimbulkan masalah adalah saat limbah kotoran burung puyuh tersebut hanya dibuang di TPS dan belum dimanfaatkan
secara optimal sehingga menimbulkan polusi udara karena bau yang tidak sedap,” kata Fauzan, Jumat (23/9/2022).
Beberapa warga juga kedapatan masih banyak yang membuang limbah kotoran puyuh di sepanjang jalan menuju TPS ataupun di sungai sehingga menimbulkan permasalahan baru.
Ketika peternakan puyuh masih menjadi sektor utama di Desa Gajahan, desa ini mampu menghasilkan limbah kotoran burung puyuh sekitar 1 ton setiap minggunya, namun dengan berkurangnya jumlah peternak puyuh dan tingginya biaya produksi yang digunakan dalam beternak puyuh maka di Desa Gajahan saat ini hanya menghasilkan sekitar 400 kg - 500 kg setiap minggunya.
Putri Oktaviani menambahkan ketika musim kemarau tiba dan limbah kotoran puyuh itu kering terdapat beberapa petani di daerah Cepogo, Boyolali yang mengambil limbah kotoran burung puyuh tersebut untuk dijadikan pupuk sayur.
“Namun dalam proses pemanfaatan pupuk ini membutuhkan jeda waktu yang cukup lama antara proses penebaran dengan waktu tanam karena pupuk yang belum difermentasi,” katanya.
Sementara itu, Kelompok Wanita Tani (KWT) di Desa Gajahan juga belum memanfaatkan limbah kotoran burung puyuh tersebut
untuk bercocok tanam.
Meskipun beberapa sudah pernah mencoba memanfaatkan, usaha tersebut gagal dikarenakan limbah kotoran burung puyuh yang belum diproses mempunyai suhu dan amonia yang tinggi sehingga mematikan tanaman.
Oleh karena itu mahasiswa KKN UNY berinisiatif untuk mengolahnya menjadi pupuk.
Krista Laila Afifah mengatakan proses pengolahan pupuk ini dibantu oleh salah satu perangkat desa yang berpengalaman kerja di salah satu pabrik pupuk di Klaten.
Proses pengolahan limbah menggunakan formula yang memanfaatkan cairan EM4, glukosa dan bubuk Trichoderma.
Obat tersebut merupakan obat yang cukup murah dan dapat digunakan untuk menurunkan amonia dan membantu proses fermentasi sehingga bisa dijadikan sebagai pupuk kandang siap pakai.
Dalam pelaksanaannya 1 botol EM4 dapat digunakan untuk memfermentasi sekitar 1 ton kotoran puyuh dengan lama proses
fermentasi selama 1-2 minggu.