Perang Rusia Ukraina
Menlu Rusia Sergey Lavrov : AS Ingin Pertahankan Dominasi Global
Menlu Rusia Sergey Lavrov mengatakan AS dan sekutu baratnya ingin mempertahankan dominasi global, tapi menurutnya tidak akan terjadi lagi.
Penulis: Krisna Sumarga | Editor: Krisna Sumarga
“Mereka tidak dapat menerima kenyataan dunia modern tidak lagi berpusat pada barat. Itu tidak akan pernah lagi,” tambah Menlu Lavrov.
Senada dengan Lavrov, media besar China, secara terbuka menyebut Uni Eropa sebagai pecundang di tengah konflik Rusia-Ukraina.
Surat kabar berbahasa Inggris yang dimiliki Partai Komunis China, mengklaim penilaian itu dalam sebuah editorial yang dimuatnya di media itu.
Outlet tersebut berpendapat Uni Eropa memiliki harga yang harus dibayar untuk menempatkan dirinya di belakang Ukraina di bawah kepemimpinan AS.
Menurut penulis editorial, konflik terburuk di benua itu sejak akhir Perang Dunia II telah membatalkan semua upaya UE untuk menjadi kekuatan politik yang dapat menjaga jaraknya dari AS.
“Uni Eropa secara keseluruhan akan terbukti menjadi pecundang terbesar tidak peduli bagaimana konflik antara Rusia dan Ukraina terjadi. Konsekuensi bagi negara-negara Eropa bukan hanya guncangan ekonomi dan kesejahteraan tetapi juga implikasi geopolitik,” tulis Daily People.
Beijing telah bertahan pada posisi netral sejak peluncuran operasi militer Rusia di Ukraina, tetapi penolakannya untuk memutuskan hubungan dengan Moskow telah dikritik oleh AS dan mitranya.
Menurut editorial Daily People, sanksi ekonomi anti-Rusia, yang diduga diatur Washington, telah merusak ekonomi negara-negara Eropa. Inflasi berdampak serius pada kualitas hidup warganya, terutama kelompok yang paling rentan.
“Tidak heran protes telah diadakan di beberapa negara Uni Eropa terhadap dukungan militer ke Ukraina, dengan para pengunjuk rasa menuntut agar pemerintah mereka fokus pada kebutuhan sehari-hari rakyat,” klaimnya.
Kenaikan biaya akan menghambat permintaan, yang akan mempengaruhi pertumbuhan ekonomi dan segera menaikkan harga lebih lanjut.
Akibatnya, China Daily berpendapat, ekonomi UE akan berakhir dalam “lingkaran setan” yang akan menghilangkan peluang blok tersebut untuk menjadi kekuatan politik yang independen.
Presiden Rusia Vladimir Putin sebelumnya telah memperingatkan negara-negara barat tentang konsekuensi serius dari sanksi yang dijatuhkan pada Moskow, untuk ekonomi mereka sendiri.
Secara khusus, ia menyamakan upaya UE untuk memutuskan diri dari bahan bakar fosil Rusia dengan "bunuh diri" ekonomi.
Rekan Putin dari Serbia, Aleksandar Vucic, pada gilirannya, baru-baru ini membuat prediksi musim dingin yang akan datang akan sangat dingin untuk Eropa, musim berikutnya akan menjadi musim "kutub".
Namun, para pemimpin UE bersikeras kesulitan yang dihadapi anggotanya sekarang sepadan. Diplomat top blok tersebut, Josep Borrell, awal bulan ini membandingkan dampak sanksi Uni Eropa terhadap Rusia.(Tribunjogja.com/RussiaToday/xna)