Penanggulangan PMK, Kementan : Peternak Harus Aktif Laporkan Kesehatan Ternaknya

Upaya menekan dan menanggulangi penularan penyakit mulut dan kuku di Indonesia terus digencarkan oleh Kementrian Pertanian.

Penulis: Hari Susmayanti | Editor: Hari Susmayanti
Istimewa
Rapat koordinasi Pengendalian dan Surveillans Penyakit Mulut dan Kuku dengan melibatkan perwakilan dari dinas-dinas yang membidangi peternakan dan Kesehatan hewan dari 78 kabupaten/kota yang ada di Jawa Tengah, Jawa Timur dan DIY. Kemudian juga diikuti oleh UPT di lingkup Ditjen PKH dan Karantina Pertanian wilayah kerja BBVET Wates. 

" Target menuju zero reported case, artinya pengamatan oleh peternak harus semakin diintensifkan, dan setiap suspect pmk harus ditindaklanjuti sesuai SOP,"imbuhnya.

Kemudian, dalam kesempatan itu Nasrullah juga menyampaikan perlunya pemetaan kasus PMK disertai dengan surveilans pencarian kasus (case finding), khususnya di radius 10km dari titik-titik kasus PMK saat ini.

Lalu pemeriksaan kesehatan hewan yang lebih intensif di rumah potong hewan untuk deteksi kasus, dan pengawasan lalulintas ternak antar daerah.

" Strategi-strategi yang telah ditetapkan perlu dilakukan pengawalan dan pendampingan agar berjalan sesuai dengan yang diharapkan dan memastikan strategi yang dipilih efektif untuk mengendalikan penyakit,"pungkasnya. 

Sementara itu Kepala Balai Besar Veteriner Wates drh.Hendra Wibawa,M.Si.Ph.D mengatakan pihaknya mengembangkan terobosan inovatif melalui Sistem Surveilans berbasis Epidemiologi Molekuler (SISMO) untuk Akselerasi dan Efektifitas Pengendalian PMK.

Sistem surveilans ini belum banyak digunakan dalam kesehatan hewan, tetapi telah terbukti mampu menekan kasus-kasus penyakit lain seperti flu burung dan Covid-19.

Dalam sistem surveilans ini data-data dari hasil pengamatan kasus penyakit dikumpulkan, dipadukan dengan hasil identifikasi dan kharakterisasi agen PMK, lalu dianalisis melalui pendekatan epidemiologi molekuler. U

" Untuk keperluan ini dibutuhkan sebuah aplikasi yang berfungsi untuk menampung, mengkoleksi, dan mengintegrasikan data-data epidemiologi dan data molekuler yang merupakan pengembangan aplikasi online yang sebelumnya sudah dibangun khusus hanya untuk monitoring dinamika virus flu burung (Influenza Virus Monitoring/IVM Online),"jelasnya.

" Aplikasi yang akan dikembangkan ini dinamakan Integrated Virus Monitoring Online (new-IVM Online) akan memiliki tampilan dan fungsi baru untuk monitoring tidak hanya untuk virus influenza, tetapi juga virus-virus PHM lainnya, khususnya virus PMK,"lanjutnya.

Pengembangan sistem surveilans dan aplikasi online berbasis epidemiologi molekuler (SISMO) ini, kata Hendra sejalan dengan peran BBVet Wates sebagai Pusat Studi Bioinformatika Veteriner di ASEAN.

Diharapkan keberhasilan proyek ini bisa diadopsi oleh laboratorium veteriner atau laboratorium. medis di dalam negeri maupun laboratorium di negara ASEAN lainnya.

Selain itu, pengendalian PMK dengan pendekatan epideiologi molekuler diharapkan memberikan informasi yang lebih komprehensif untuk memprediksi kemungkinan timbulnya wabah penyakit akibat munculnya strain virus baru sehingga mempercepat proses pengambilan kebijakan styrategis dalam penanganan wabah PMK. (*/rls)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved