Berita Pendidikan Hari Ini
Mahasiswa UGM Teliti Inklusivitas Komunitas Adat dalam Mendukung Kelancaran Pemilu
Penelitian dilakukan di Kampung Samin Desa Klopoduwur, Kecamatan Banjarejo dan Desa Sambongrejo, Kecamatan Sambong.
Penulis: Gaya Lufityanti | Editor: Gaya Lufityanti
Tribunjogja.com - Pesta demokrasi 2024 akan berlangsung tidak lama lagi.
Di setiap menjelang pemilu atau masa kampanye, masing-masing calon akan sibuk memperkenalkan dirinya ke masyarakat.
Tidak jarang mereka mendatangi para tokoh masyarakat setempat untuk mendapat dukungan suara agar bisa dipilih.
Berkaca dari pengalaman pada pemilihan umum terdahulu, kegiatan seperti kampanye atau agenda blusukan, kehadiran calon peserta pemilu tidak jarang menyebabkan pergesekan dan konflik dalam masyarakat.
Baca juga: Pakar UGM Sebut Pemilu 2024 Harus Lepas dari Sentimen Agama maupun Etnis
Berangkat dari fenomena tersebut tim PKM-RSH UGM yang terdiri dari Sherlly Rossa (FISIPOL), Mastri Imammusadin (FH), Aulia Lianasari (FEB), Ratnasiwi Ambarwati (FIB), dan Anisa Arum (FISIPOL) dengan dosen pembimbing Dr. R. B. Abdul Gaffar, S.IP., M.A. melakukan penelitian mengenai inklusivitas Komunitas Adat Sedulur Sikep Blora dalam pemilu.
Penelitian dilakukan di Kampung Samin Desa Klopoduwur, Kecamatan Banjarejo dan Desa Sambongrejo, Kecamatan Sambong.
Dari hasil peneitiam itu, kata Rossa, komunitas Adat Sedulur Sikep Blora diketahui merupakan pengikut Ki Samin Suro Engkrek dan Ki Samin Surosentiko dengan ajaran Kerukunannya mampu mewujudkan pemilu yang kondusif.
Dalam ajaran Kerukunan yang mereka anut, terdapat falsafah “aja seneng nerak wewalere negara” yang mendorong mereka untuk berpartisipasi dalam pemilu sebagai bentuk kepatuhan terhadap negara.
“Sayangnya, nilai-nilai yang mereka anut belum terakomodasi dalam inklusivitas pemilu saat ini yang masih berfokus pada kerentanan fisik. Padahal penerapan nilai Ajaran Kerukunan mampu meminimalisasi konflik yang mungkin terjadi pada rangkaian kegiatan pemilu,” kata Rossa, Selasa (6/9/2022).
Meski begitu, imbuhnya, komunitas Adat Sedulur Sikep mampu menyesuaikan diri dengan kampanye melalui audiensi ketua adat kepada masyarakat. Pramugi Prawiro Wijoyo atau kerap disapa Mbah Pram selaku Ketua Paguyuban Sedulur Sikep Sambongrejo selalu bersikap netral dengan menerima semua calon yang sowan.
Namun, Mbah Pram dianggap mempunyai intuisi spiritual untuk menentukan preferensi siapa calon yang pantas didukung oleh Sedulur Sikep.
“Preferensi tersebut kemudian mendorong Sedulur Sikep untuk bermusyawarah secara informal menentukan pilihan Pemilu ,” kata Rossa.
Selain itu, komunitas Sedulur Sikep Sambongrejo yang mengimplementasikan nilai-nilai mereka secara terorganisir dan sistematis, yang diwujudkan dengan menolak untuk terlibat dalam kampanye.
Sejalan dengan Sedulur Sikep Sambongrejo, kata Rossa, sesepuh adat Sedulur Sikep Klopoduwur yaitu Mbah Lasiyo juga memposisikan dirinya pengayom yang netral. “Sedaya niku sedulur,” ungkap Rossa menirukan ucapan Mbah Lasiyo yang menegaskan bahwa semua orang bagi Sedulur Sikep adalah saudara. Karena semua adalah saudara, maka dengan siapapun harus rukun dan harmonis sebagaimana wewaler “tresna pepadhane urip” yang dipegang teguh oleh Sedulur Sikep.
Dengan dasar ajaran Kerukunan itu, kata Rossa, Mbah Lasiyo selalu memberikan nasihat kepada para calon yang sowan untuk senantiasa berperilaku baik dan amanah bila terpilih.
Baca juga: UGM Bikin Program Pojok Bulaksumur, Pererat Komunikasi Kampus dengan Wartawan