Konflik Iran AS
Sita Dua Drone Laut AS di Laut Merah, Iran Peringatkan Washington Patuhi Hukum
Iran menyita dua drone laut AS lalu menempatkan di lokasi yang tidak membahayakan jalur pelayaran internasional di Laut Merah.
Penulis: Krisna Sumarga | Editor: Krisna Sumarga
TRIBUNJOGJA.COM, TEHERAN - Panglima Angkatan Darat Iran Mayor Jenderal Abdolrahim Mousavi meminta Washington mematuhi hukum internasional setelah Teheran menyita dua drone maritim AS di Laut Merah.
Seruan itu dimaksudkan untuk mencegah insiden angkatan laut di jalur pelayaran internasional. Mousavi memberikan rincian penyitaan Iran baru-baru ini atas dua drone layar AS oleh kapal perusak Jamaran.
Jenderal senior itu mencatat Amerika Serikat diberitahu melalui mediasi kapal-kapalnya berada di area tertentu; sementara itu diperingatkan untuk mematuhi aturan internasional.
Baca juga: Iran Pamerkan Drone Tempur Terbaru, si Penebar Maut Ababil
Baca juga: Penasihat Ali Khamenei : Iran Mampu Buat Bom Nuklir, Miliki Kemampuan dan Sarana Mumpuni
Baca juga: Meta dan Twitter Berangus Akun Propaganda Jelekkan Rusia, Cina dan Iran
"Amerika Serikat karena sifatnya yang agresif tidak peduli dengan hak-hak negara dan peraturan internasional," tambahnya.
"Kapal tanpa awak AS berada di laut dan tidak berhati-hati melintasi jalur kapal lain sehingga dapat mengancam keamanan orang lain," kata pejabat militer itu menggarisbawahi.
“Untuk alasan ini, Iran menyita salah satu kapal AS dan kemudian meletakkannya di tempat yang aman,” kata Mousavi.
Pasukan angkatan laut Iran juga menghentikan dua drone layar AS dalam beberapa hari terakhir dan menempatkan mereka di tempat yang aman.
Pihak Republik Islam lantas memberi tahu AS tentang tempat itu. Komandan senior menggarisbawahi penyitaan semacam itu tidak bermanfaat bagi Iran dan negara itu hanya melakukannya agar kapal lain aman.
Pada Kamis pekan lalu, kapal perusak Jamaran Angkatan Laut Iran menyita dua drone maritim AS dan kemudian melepaskannya di Laut Merah.
Kapal perusak itu bertemu kapal pengumpul data AS selama operasi rutin yang bertujuan mengamankan rute pengiriman dan menghadapi pembajakan dan terorisme maritim.
Pihak Amerika kemudian didesak untuk bertindak secara bertanggung jawab mengenai (masalah) keamanan angkatan laut dan mencegah terulangnya insiden semacam itu".
Ini menandai insiden kedua dalam beberapa hari terakhir, karena pasukan angkatan laut Korps Pengawal Revolusi Islam (IRGC) baru-baru ini menangkap satu kapal permukaan tak berawak Amerika di Teluk Persia juga.
Kapal tak berawak AS, yang komunikasi navigasinya terputus, dikendalikan dan ditarik oleh Angkatan Laut IRGC pada hari Selasa untuk menjaga keamanan rute yang diambil oleh kapal dagang dan kapal tanker minyak.
Kemudian, Angkatan Laut IRGC memperingatkan Angkatan Laut AS untuk menghindari pengulangan kesalahan yang diakui yang membahayakan keselamatan maritim di Teluk Persia.
Pengumuman tersebut mencatat kehadiran pasukan militer AS di Teluk Persia selalu menjadi ancaman bagi keamanan dan stabilitas kawasan sensitif dan strategis ini.
Teheran menekankan kehadiran pasukan trans-regional telah menjadi penyebab ketegangan di kawasan itu, tetapi mengatakan pasukan negara itu memantau dengan cermat seluruh wilayahnya.
Pejabat militer Iran menambahkan perdamaian dan keamanan di kawasan itu dapat dicapai melalui kerja sama di antara negara-negara kawasan dan tanpa kehadiran orang asing.
Kembali pada bulan Juli, Komandan Angkatan Laut IRGC Laksamana Muda Alireza Tangsiri menyatakan kesiapan penuh Iran untuk melawan setiap plot musuh melawan Teheran.
“Jika musuh mengambil tindakan bodoh untuk memicu hasutan atau melakukan tindakan agresi terhadap pendirian Islam, kami akan merespons secara menyakitkan,” kata Laksamana Tangsiri, komandan AL Iran.
Dia menambahkan pasukan angkatan laut IRGC, yang ditempatkan di pulau-pulau dan di sepanjang rute operasional pasukan elite, menjaga kesiapan tempur mereka pada tingkat tertinggi untuk dapat melakukan misi tersulit setiap saat.
Komandan senior Iran mencatat negara-negara tetangga di kawasan itu menikmati kemampuan untuk memastikan keamanan di kawasan penting Teluk Persia.
"Tidak perlu sama sekali kehadiran negara asing yang ingin berada di sini dengan alasan memberikan keamanan," katanya.
Wakil Menteri Pertahanan Iran Brigadir Jenderal Mehdi Farahi menggarisbawahi kesiapan negaranya untuk mempertahankan diri terhadap kemungkinan serangan biologi dan kimia.
Ia mengatakan kementerian pertahanan telah melengkapi puluhan kota di seluruh Iran dengan sistem pertahanan sipil untuk memantau dan menggagalkan plot berbahaya. .
“Hari ini, bentuk pertempuran menjadi lebih rumit tergantung pada kekuatan negara, dan pada kenyataannya perang hibrida”, termasuk serangan radioaktif, biologis, dan siber telah menggantikan perang klasik dan tradisional, kata Brigjen Mehdi Farahi.
Dia menambahkan Kementerian Pertahanan Iran telah mengembangkan infrastruktur yang diperlukan untuk mengidentifikasi dan menggagalkan semua jenis ancaman biologis, radioaktif dan kimia.(Tribunjogja.com/FNA/xna)