Berita Internasional
Di Tengah Sanksi dari Uni Eropa dan Barat, Gazprom Malah Raup Untung Besar
Bahkan di tengah sanksi dari Uni Eropa dan Barat, Gazprom malah mencatatkan laba yang sangat besar.
Penulis: Hari Susmayanti | Editor: Hari Susmayanti
TRIBUNJOGJA.COM, MOSKOW - Sanksi dari Uni Eropa dan barat terhadap Rusia ternyata tak berpengaruh signifikan terhadap kinerja produsen minyak dan gas terbesar di Rusia Gazprom.
Uni Eropa dan para sekutunya memberlakukan sanksi ekonomi dengan memangkas impor minyak mentah dan gas dari Rusia.
Namun hal itu tak berdampak banyak terhadap Gazprom. Bahkan di tengah sanksi dari Uni Eropa dan Barat, Gazprom malah mencatatkan laba yang sangat besar.
Laba bersih Gazprom selama dua kuartal di tahun 2022 ini meningkat sebanyak 41,8 miliar dolar AS.
"Meskipun ada tekanan sanksi Grup Gazprom melaporkan kenaikan pendapatan dan laba bersih pada paruh pertama tahun 2022," jelas Famil Sadygov, wakil kepala eksekutif Gazprom dikutip dari Tribunnews.com.
Sanksi dari UE dan barat memang sempat memberikan dampak terhadap ekspor minyak dan gas produksi Garzprom.
Bahkan pemasukan perusahaan sempat anjlok sebesar 19 miliar dolar AS.
Tak hanya itu, saham Gazprom juga turun hampir 30 persen.
Perusahaan minyak dan gas terbesar di Rusia tersebut kemudian mencoba mengubah target ekspor minyak dan gasnya dari Eropa ke Asia.
Strategi tersebut pun berhasil membuat Gazprom bangkit lagi.
Dengan memberikan diskon besar ke pasar Asia, minyak dan gas produksi Gazprom pun laris manis hingga akhirnya sukses mengembalikan kerugian di bulan sebelumnya.
Dimana pada akhir sesi perdagangan Moskow, Selasa (30/8/2022) sahamnya melonjak naik jadi 7,4 persen, dikutip dari Reuters.
Berkat lonjakan ini Gazprom bahkan dapat membayar tunggakan dividen interim senilai 2,4 triliun rubel atau 39 miliar dolar AS, tagihan ini seharusnya dibayarkan Gazprom pada bulan Juni lalu.
Namun akibat pembatasan harga minyak yang dilakukan kelompok G7, pendapatan ekspor Rusia jadi dibatasi.
Alasan inilah yang membuat Gazprom memutuskan untuk tidak membayar dividen atas hasil tahun lalu.