Peringatan Satu Dasawarsa Keistimewaan DIY, 10 Tumpeng Dilarung di Laut Baron

Peringatan satu dasawarsa keistimewaan DIY dilaksanakan dengan melarung 10 tumpeng ke tengah laut di Pantai Baron

Editor: Hari Susmayanti
Istimewa
Peserta kenduri dan upacara di laut melarung 10 tumpeng di Pantai Baron. 

TRIBUNJOGJA.COM, GUNUNGKIDUL - Jogja Istimewa. Penyematan Istimewa itu tak terlepas dari lahirnya Undang-Undang Keistimewaan DIY.

Kini, usianya memasuki Satu Dasawarsa. Berbagai kegiatan digelar untuk memeringatinya.

Sabtu (27/8/2022), ada pemandangan berbeda di Pantai Baron, Tanjungsari, Gunungkidul.

Pemandangan itu begitu istimewa dan penuh semarak.

Ada kenduri dan upacara di tengah laut.

Peserta kenduri dan upacara di laut melarung 10 tumpeng di laut Selatan.

Tumpeng beserta uborampe itu merupakan sedekah laut sebagai wujud rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa serta doa untuk Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X beserta seluruh masyarakat Yogyakarta.

“Labuhan ini tujuannya adalah sebagai ucapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Kuasa serta doa agar Ngarso Dalem, Sri Sultan Hamengku Buwono X diberikan keselamatan, kesehatan juga bisa memimpin rakyat Yogyakarta mencapai kesejahteraan dengan cara sedekah laut,” ungkap Kepala Satuan Polisi Pamong Praja DIY, Noviar Rahmad.

Rangkaian acara upacara di laut digelar dalam rangka merayakan Satu Dasawarsa UU Keistimewaan DIY.

Dalam sambutannya, Noviar menjelaskan jika Keistimewaan Yogyakarta bisa menjadi pedoman untuk mencapai kesejahteraan dan ketenteraman masyarakat.

Selain itu juga merupakan momentum introspeksi diri.

“Peringatan Satu Dasawarsa Keistimewaan DIY bisa menjadi momentum kita semua untuk introspeksi diri. Tentang apa saja yang sudah kita alami dan kita lakukan,” ujarnya.

Acara dimulai dengan kenduri, memanjatkan doa, kemudian tumpeng serta semua uborampe dilarung.

Doa dimpin oleh Modin diikuti semua peserta upacara.

Baru kemudian seluruh peserta membawa tumpeng dengan menggunakan kapal nelayan.

Prosesi melarung tumpeng ini diiringi dengan drumband siswa-siswi SMK.

Turut hadir dalam acara tersebut Paniradya Pati Aris Eko Nugroho, KPH Yudanegara, Kepala Biro Umum, Humas dan Protokol Setda DIY Imam Pratanadi, Kasatpol PP Gunungkidul, Kepala Dinas Pariwisata Gunungkidul, Kapolsek Tanjungsari, perwakilan OPD di DIY, nelayan serta perwakilan masyarakat.

Upacara di Laut bisa menjadi sarana untuk menjaga dan melestarikan budaya lokal yang sejalan dengan Visi Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono X. Yaitu 'Menyongsong Abad Samudera untuk Mencapai Kemuliaan Martabat Masyarakat Yogyakarta'.

“Laut atau samudra yang ada di pantai Selatan atau pesisir Kidul memiliki potensi ekonomi dari sektor perikanan maupun pariwisata. Juga memiliki kekayaan laut yang melimpah yang bisa menyokong cita-cita kebangsaan, laut bisa menjadi sumber penghidupan dan penghasilan yang bisa mensejahterakan masyarakat,” jelas Noviar.

KPH Yudanegara sebagai perwakilan Kraton Ngayogyakarta Hadiningrat menyampaikan apresiasinya kepada Satpol PP DIY, Satlinmas Rescue Istimewa, Paniradya Kaistimewan yang telah menggagas agenda upacara di laut ini. Sebagai bentuk dari nguri-nguri budaya yang sudah memang seharusnya dipertahankan.

Masyarakat pesisir diharapkan bisa menjadikan pantai dan laut sebagai sumber penghidupan, namun dengan tetap menjaga kelestarian dan keberadaan tanah Sultan Ground sesuai dengan peraturan yang ada.

"Bapak Gubernur secara khusus juga menyampaikan pesan hendaknya pantai atau laut Selatan di wilayah DIY adalah milik umum yang bisa dinikmati oleh semua orang. Sehingga jangan sampai terjadi ada wilayah-wilayah di pesisir yang dijadikan milik pribadi atau privat,” terang Kanjeng Yuda. (hms/ord)

 

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved