Berita DI Yogyakarta Hari Ini
Pakar UGM : Data Infeksi Cacar Monyet Masih Minim, Jangan Gegabah dan Tetap Waspada Menghadapinya
Masyarakat tetap harus waspada dengan adanya cacar monyet karena kasus cacar monyet masih minim.
Penulis: Ardhike Indah | Editor: Gaya Lufityanti
Laporan Reporter Tribun Jogja, Ardhike Indah
TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN - Kasus cacar monyet atau monkeypox akhirnya ditemukan di Indonesia, beberapa waktu lalu.
Kasus pertama di Indonesia itu ditemukan pada seorang laki-laki berusia 27 tahun.
Menurut Dokter Spesialis Anak RSUP Dr Sardjito , dr Dian Kesumapramudya Nurputra SpA MSc PhD, masyarakat tetap harus waspada dengan adanya cacar monyet .
Hal ini karena data dari kasus cacar monyet masih minim.
Baca juga: Antisipasi Cacar Monyet, Pemda DIY Minta Dinkes Lakukan Deteksi Dini
“Monkeypox itu bisa kena ke siapapun dan data-datanya belum banyak. Maka, kalau datanya belum banyak, kita harus waspada. Jangan dikira cacar monyet itu kena ke kelompok tertentu terus santai. Tidak seperti itu, itu namanya gegabah,” kata dr Dian kepada Tribunjogja.com , Selasa (23/8/2022).
Dia mengatakan, gejala cacar monyet mirip dengan cacar air maupun campak.
Untuk cacar monyet, pasien akan mendapatkan gejala demam di atas 38 derajat Celcius dan ruam setelah 1-3 hari.
Perkembangan ruam lambat, mencapai 3-4 minggu.
Juga, penampakan khas adanya pembesaran kelenjar getah bening.
“Ruam dimulai di kepala, lebih padat di wajah dan anggota badan, muncul di telapak tangan dan kaki,” terangnya yang merupakan Dosen Departemen Kesehatan Anak Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan (FKKMK), Universitas Gadjah Mada ( UGM ).
Sementara, untuk cacar air, demam bisa sampai 39 derajat Celcius dan muncul ruam 0-2 hari.
Perkembangan ruam cepat dan terlilhat crops, selama beberapa hari.
Ruam dimulai di kepala, lebih padat di tubuh, tidak ada di telapak tangan dan kaki.
Sedangkan, untuk campak, demam tinggi bisa bisa mencapai 40,5 derajat Celcius.