Berita Jogja Hari Ini
Dampak Pembelajaran Daring, Fenomena Rabun Jauh pada Anak di Yogyakarta Meningkat
Sistem pembelajaran daring ternyata berdampak serius pada tingkat kesehatan mata para pelajar di berbagai tingkatan.
Penulis: Azka Ramadhan | Editor: Muhammad Fatoni
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Gejolak pandemi Covid-19 yang terjadi dalam kurun waktu dua tahun terakhir memaksa siswa-siswi di Yogyakarta menjalani pembelajaran daring.
Akan tetapi, sistem tersebut ternyata berdampak serius pada tingkat kesehatan mata para pelajar di berbagai tingkatan.
Dokter mata RS Dr YAP Yogyakarta, Anggun Desi Wulandari, menuturkan fenomema rabun jauh atau miopia yang menimpa usia anak, dewasa ini mengalami lonjakan hingga 50 persen.
Hal itu disebabkan aktivitas anak yang mayoritas dilakukan di hadapan gadget, entah laptop maupun smartphone.
"Ini sesuai dengan faktor risiko rabun jauh dari membaca jarak dekat. Karena aktivitas jarak dekat, ya, membaca jarak dekat, melihat jarak dekat," ungkap Anggun, di sela kegiatan pemeriksaan dan bantuan kacamata gratis yang digelar Alumni SMA Negeri 3 Yogyakarta, Senin (15/8/2022).
Ia berujar, fenomema mata minus yang dialami anak pun makin sering dijumpai, semenjak sistem belajar online mulai diterapkan.
Bagi anak yang mengalami mata minus, katanya, memang didorong memakai kacamata, lantaran ada risiko besar jika tetap dipaksakan tanpa alat bantu penglihatan.
"Karena sekarang lebih banyak melihat gadget, dan aktivitas belajar mengajar juga daring lewat laptop. Sehingga, makin banyak yang terdeteksi matanya minus," tandasnya.
Sementara itu, Ketua Pelaksana Baksos Pemeriksaan dan Berbagi Kacamata Alumni Padmanaba 1983, Indah Rahayu, menuturkan kegiatan ini digulirkannya setelah menangkap keluhan orangtua pasca pandemi.
Alhasil, teman-teman alumni sepakat menyelipkan agenda tersebut, dalam peringatan lustrum 80 Tahun SMAN 3 Yogyakarta.
"Ya, banyak teman-teman guru dan orangtua itu, yang mengeluhkan siswa, atau anaknya, mengalami gangguan penglihatan. Bahkan, ada siswa yang selama pandemi terus beprestasi, setelah masuk malah turun," terangnya.
"Jadi, kondisi ini sangat mempengaruhi nilai mereka. Makanya kita menggagas ini, agar murid yang punya gangguan kesehatan mata, bisa mengakses pemeriksaan di sini, ya, sekaligus mendapat kacamata gratis," lanjut Indah.
Dijelaskannya, dalam giat tersebut, ada 85 anak dari berbagai sekolah di DIY, yang mendapat pemeriksaan gratis. Sekolah dipilih secara acak.
Kemudian, pihaknya meminta kepada guru dan kepala sekolah, supaya mengirim murid yang sekiranya mengalami gangguan pada pengelihatan.
"Dan kita lihat, ternyata antusias anak-anak ini sangat tinggi. Untuk pembagian kacamatanya, nanti dilakukan saat acara puncak lustrum, pada 19 September mendatang," pungkasnya. (*)