Tol Yogyakarta Bawen
Jalan Tol Yogyakarta-Bawen Wilayah Jateng Dimulai dari Perbatasan Banyurejo-Magelang-Bawen
jalan Tol Yogyakarta–Bawen dibangun dengan total panjang 75,82 Km. Jalan Tol Yogyakarta–Bawen sepanjang 67,05 Km terletak di Provinsi Jawa Tengah
Penulis: Tribun Jogja | Editor: Iwan Al Khasni
Tribunjogja.com - Jalan Tol Yogyakarta-Bawen dibangun dengan total panjang 75,82 Km.
Jalan Tol Yogyakarta-Bawen sepanjang 67,05 Km terletak di Provinsi Jawa Tengah dan Jalan Tol Yogyakarta-Bawen sepanjang 8,77 Km di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.
Berikut adalah data pembagian Tol Yogyakarta-Bawen yang didapatkan Tribunjogja.com dari data Badan Pengatur Jalan Tol (BPJT) :
1. Seksi 1 JC Sleman – SS Banyurejo sepanjang 8,25 km
2. Seksi 2 SS Banyurejo – SS Borobudur sepanjang 15,26 km.
3. Seksi 3 SS Borobudur – SS Magelang sepanjang 8,08 km.
4. Seksi 4 SS Magelang – SS Temanggung sepanjang 16,26 km.
5. Seksi 5 SS Temanggung – SS Ambarawa sepanjang 22,56 km.
6. Seksi 6 SS Ambarawa – JC Bawen sepanjang 5,21 km.
Kajian Dampak Volume Kendaraan di Jogja

Volume kendaraan di Kota Yogyakarta diprediksi bakal meningkat signifikan saat Tol Yogyakarta-Solo dan Yogyakarta-Bawen mulai beroperasi pada 2024.
Pemkot Jogja pun berharap sokongan semua pihak, untuk mengantisipasi dampak tersebut.
Kepala Dinas Perhubungan Kota Yogyakarta, Agus Arif Nugroho, menandaskan, saat ini, derajat kejenuhan jalan, atau vc ratio di wilayahnya masih terbilang aman, di angka 0,6.
Kepadatan kawasan penyangga seperti Malioboro pun masih dapat ditoleransi, ketika hari-hari non weekend.
"Ya, 0,6 itu rata-rata seluruh kota. Di kawasan-kawasan seperti Malioboro itu kan tinggi di momen tertentu. Kalau hari biasa, daily, ya, normal," cetusnya, Senin (8/7/2022).
Akan tetapi, berdasarkan kajian yang dilakukan jajarannya, derajat kejenuhan jalan ini melonjak hampir dua kali lipat, ketika tol menjamah Bumi Mataram. Kemacetan, sampai antrean kendaraan di ruas-ruas jalan Kota Yogya tidak terhindarkan, jika potensi itu tak segera diantisipasi.
"Jelas vc ratio-nya akan jauh lebih dari itu. Bahkan, ada beberapa ruas jalan yang kami prediskikan lebih dari 1, ya. Sudah hitam, bukan lagi merah. Tapi, itu tidak serta merta gara-gara tol, loh, hanya efeknya saja," ungkap Agus.
Secara garis besar, ia menyampaikan, keberadaan tol ini memberikan manfaat besar untuk Kota Yogyakarta. Sebab, jalan bebas hambatan tersebut bakal menghilangkan sekat antar daerah, sehingga perekonomian warga masyarakat otomatis terungkit, lantaran akses yang lebih mudah.
"Tapi, kalau semua datang atau melintas menggunakan mobil, hasilnya kecepatan meningkat dan kapasitas jalan di Kota Yogyakarta khususnya, tidak berubah," urainya.
"Makanya, ini kami kaji terus. Exit tol memang semuanya di Sleman. Tapi, kami memiliki kepentingan untuk membuat kajian, agar dampaknya dapat ditekan," tambah Agus.
Lebih lanjut, Kadishub pun sudah menyodorkan kajian akademis tersebut kepada pihak-pihak terkait. Mulai dari pemerintah di tingkat provinsi, hingga kepolisian. Dengan harapan, fenomena ancaman kemacetan itu bisa menjadi diskursus nasional, serta memperoleh intervensi lebih.
"Harapan kami ada intervensi lebih terhadap pernyiapan infrastruktur di Yogyakarta. Seperti di kawasan lain itu kan ada yang jadi kawasan super prioritas. Sekarang memang masih jauh, ya, tapi kalau besok beroperasi, itu menjadi pendorong kecepatan masuk ke Yogyakarta," urainya.
Ditambah lagi, dengan banderol tiket pesawat yang kini membumbung tinggi, publik pun otomatis semakin getol memanfaatkan kendaraan pribadi untuk bermobilisasi. Sehingga, kepadatan lalu lintas tak terhindarkan lagi.
"Sekarang dari Jakarta ke Yogyakarta, bensin Rp1 juta, kemudian biaya tol Rp700 ribu. Tetapi, Rp1.700.000 untuk empat orang, meski risiko lebih tinggi," ujar Kadishub.
"Itu jadi faktor pendorong. Besok, orang bangun pagi, lalu sarapan di Jakarta, makan siangnya bisa di Yogyakarta. Itu bisa kesampaian besok, kalau ada tol," katanya. ( Tribunjogja.com | Aka )