Berita Jogja Hari Ini

Belum Ada Temuan Kasus Cacar Monyet di Jogja, Dinkes DIY Minta Warga Bergejala Periksakan Diri

Setyarini pun meminta masyarakat yang sakit dan muncul ruam dan bercak di permukaan kulit untuk segera memeriksakan diri untuk memastikan diagnosis.

dok.istimewa
Ilustrasi 

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Dinas Kesehatan (Dinkes) DIY melakukan upaya pencegahan terkait penyebaran penyakit cacar monyet atau monkeypox di wilayah DI Yogyakarta.

Terlebih Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) telah menetapkan status darurat kesehatan global sejak 23 Juli 2022 lalu, imbas kemunculan wabah cacar monyet di sejumlah negara.

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinkes DIY, Setyarini Hestu Lestari, menjelaskan pihaknya saat ini rutin berkoordinasi dengan Kementerian Kesehatan untuk mendeteksi penularan.

Setyarini pun meminta masyarakat yang sakit dan muncul ruam dan bercak di permukaan kulit untuk segera memeriksakan diri untuk memastikan diagnosis.

Sebab, gejala monkeypox memang menyerupai penyakit cacar air.

Data pasien yang dihimpun melalui fasyankes akan dilakukan penceramatan oleh Dinkes DIY untuk mencari warga yang diduga terpapar virus cacar monyet.

"Gejalanya muncul ruam-ruam kayak cacar. Yang mempunyai gejala ruam-ruam diimbau segera ke fasyankes (fasilitas pelayanan kesehatan) untuk diperiksa lebih lanjut apakah ruam tersebut cacar biasa campak atau mungkin monkeypox," terang Setyarini, Minggu (7/8/2022).

"Dari Dinkes kita mencermati untuk pencegahan, jangan sampai kita kecolongan," sambungnya.

Dia memastikan sejauh ini belum ada penyakit cacar monyet yang ditemukan wilayahnya.

Begitu juga dengan pasien yang dinyatakan suspect atau terindikasi tertular penyakit tersebut.

Karenanya, hingga saat ini DIY belum melakukan pengiriman sampel pasien ke Jakarta untuk dilakukan pengujian laboratorium.

"Belum ada (penularan monkeypox). Kami juga belum mengirimkan sampel ke Jakarta. Karena dari data-data belum ada yang menunjukkan persyaratan untuk diperiksa, mudah-mudahan jangan sampai ada," lanjutnya.

Dia menjelaskan, saat ini belum ada vaksin yang dapat menangkal penyakit tersebut.

Namun pasien dapat sembuh dengan sendirinya sekitar 2-4 minggu. Gejala penyakit itu juga tidak tergolong berat.

"Vaksinnya memang sebetulnya belum ada, tapi saat ini baru dikembangkan vaksinnya," terangnya.

Sementara itu, Guru Besar Fakultas Kedokteran Hewan UGM, Wayan Tunas Artama, menyatakan penularan penularan cacar monyet dari manusia ke manusia utamanya melalui droplet pernapasan yang secara umum memerlukan kontak erat yang cukup lama.

Penularan bisa juga melalui kontak langsung dengan cairan tubuh atau materi lesi cacar, kontak tidak langsung dengan benda, kain, dan permukaan yang terkontaminasi. 

Sedangkan penularan secara vertikal dapat terjadi dan dapat berujung pada komplikasi, cacar bawaan, atau lahir mati.

“Masa inkubasi cacar monyet umumnya berkisar 6 sampai 13 hari. Pasien dinyatakan infeksius dari saat ruam mulai muncul hingga deskuamasi atau pergantian kulit. Proses ini membutuhkan waktu hingga beberapa minggu," katanya.

Gejala penyakit pada manusia sangat mirip dengan penyakit cacar, yaitu demam di atas 38 derajat celcius, kelemahan, menggigil dengan atau tanpa keringat, nyeri tenggorokan dan batuk, pegal-pegal, pembengkakan kelenjar limfa, dan sakit kepala.

Untuk mengantisipasi penularan, Wayan meminta banyak pihak untuk meningkatkan edukasi dan kewaspadaan. Hal itu merupakan strategi utama untuk menurunkan faktor risiko masyarakat terhadap kemungkinan terkena paparan virus.

“Mengingat wabah Monkeypox di Amerika Serikat pada tahun 2003 sempat diberlakukan kebijakan pembatasan perdagangan dan transportasi hewan," katanya.

Berkaca dari wabah di AS tersebut, menurut Wayan, semua perlu untuk dipertimbangkan dan diperketat, terutama di daerah endemik dan negara-negara dengan wabah tersebut. 

Hewan yang diduga telah berkontak dengan hewan terinfeksi harus dikarantina serta ditangani sesuai standar pencegahan dan diobservasi gejala cacar monyet selama 30 hari.

“Karena penyakit Cacar Monyet atau Monkeypox ini adalah penyakit zoonotik dan mewabah di Inggris awal bulan Mei silam," katanya. (*)

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved