Dugaan Pemaksaan Jilbab
Soal Dugaan Pemaksaan Berjilbab di SMAN 1 Banguntapan Bantul, Kepala Sekolah: Itu Hanya Tutorial
"Pada intinya sekolah kami tidak seperti yang ada di pemberitaan. Jadi sekolah kami tidak mewajibkan yang namanya jilbab, tuduhannya salah
Penulis: Yuwantoro Winduajie | Editor: Kurniatul Hidayah
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Pihak SMAN 1 Banguntapan, Bantul angkat suara soal polemik dugaan pemaksaan penggunaan jilbab terhadap salah seorang siswinya.
Kepala SMAN 1 Banguntapan, Agung Istianto menampik adanya upaya pemaksaan yang dilakukan oleh seorang guru Bimbingan Konseling (BK) dan dua guru lainnya.
"Pada intinya sekolah kami tidak seperti yang ada di pemberitaan. Jadi sekolah kami tidak mewajibkan yang namanya jilbab, tuduhannya salah. (Sekolah) negeri kan tidak boleh mewajibkan jilbab," kata Agung usai memenuhi undangan pemanggilan di kantor Dinas Pendidikan Pemuda dan Olahraga (Disdikpora) DIY, Senin (1/8/2022).
Baca juga: Pendaftaran Calon Peserta Pemilu 2024 Dibuka, Deretan Parpol di Kota Yogyakarta Mulai Bergeliat
Agung mengklaim apa yang dilakukan guru BK terhadap korban dugaan pemaksaan sebatas untuk memberikan bimbingan atau tutorial terkait pemakaian jilbab. Sebab, siswi tersebut mengaku belum pernah memakainya.
Dia menyebut sudah ada komunikasi antara siswa dan guru sebelum dilakukan tutorial pemakaian jilbab dan siswi tersebut diklaim sudah mengiyakan.
"Itu hanya tutorial, jadi ditanya (oleh guru) siswanya pernah pakai jilbab nggak? oh belum. Nah gimana kalau kita tutorial. Dijawab (oleh siswa), mantuk mboten napa-napa (mengangguk, tidak papa). Terus guru BK mencari jilbab yang ada di ruangannya maka dicontohkan," terangnya.
Agung tak menampik bahwa tutorial itu digelar dengan harapan siswi tersebut dapat mengenakan jilbab ke depannya.
Namun pihaknya juga tak akan memaksa bila yang bersangkutan memang tak ingin mengenakan jilbab.
"Pendidikan di sekolah kan begitu, sedikit demi sedikit. Kalau siswanya tidak mau pun sekolah tidak mempermasalahkan," jelasnya.
Dia mengatakan, sekolah yang dipimpinnya merupakan sekolah negeri sehingga tidak ada kebijakan wajib berjilbab bagi siswi yang beragama muslim.
Meski demikian, Agung membenarkan bahwa seluruh siswi muslim di sekolah tersebut kebetulan memilih mengenakan jilbab saat mengikuti pembelajaran di sekolah.
"Kebetulan iya (seluruh siswi muslim berjilbab)," tandasnya.
Baca juga: Sopir dan Penumpang dalam Kecelakaan Truk Pengangkut Pupuk di Bukit Bego Bantul Alami Luka-luka
Ditemui usai pertemuan, Wakil Kepala Disdikpora DIY, Suherman mengaku masih melakukan pendalaman terkait kasus tersebut.
Usai meminta klarifikasi dari pihak sekolah, pihaknya juga berencana meminta keterangan dari korban dugaan pemaksaan.
Hanya saja pihaknya masih menunggu sampai kondisi korban membaik mengingat siswi tersebut dilaporkan sempat mengalami depresi usai dipaksa gurunya mengenakan jilbab.
"Hanya saja siswa itu kan sekarang belum bisa kita ajak ngomong karena kalau sudah berbicara lancar mungkin bisa lebih luas untuk informasinya," jelasnya. (tro)