Berita Bantul Hari Ini

DBD di Kabupaten Bantul Capai 650 Kasus Hingga Juli 2022, Tiga Orang di antaranya Meninggal Dunia

"Data dari Januari sampai Juli terdapat 650 dan tiga kematian karena DBD. Sebaran kasus terbanyak berada di kapanewon Banguntapan, Kasihan dan Pleret

Penulis: Santo Ari | Editor: Kurniatul Hidayah
Shutterstock
Ilustrasi DBD 

TRIBUNJOGJA.COM, BANTUL - Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Bantul mencatat jumlah kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) terus bertambah di Bumi Projotamansari.

Bahkan hingga akhir Juli sudah ada 650 kasus DBD.

Kepala Seksi Pengendalian Penyakit Dinkes Bantul, Abednego Dani Nugroho mengatakan dari Januari hingga Juli 2022 terdapat 650 kasus dan tiga kematian yang diakibatkan DBD.

Baca juga: Terinspirasi Asean Para Games 2022, Telkomsel Dukung Penyandang Disabilitas Kembangkan UMKM Kreatif

"Data dari Januari sampai Juli terdapat 650 dan tiga kematian karena DBD. Sebaran kasus terbanyak berada di kapanewon Banguntapan, Kasihan dan Pleret," ujarnya Senin (1/8/2022).

Meski baru di pertengahan tahun 2022, namun angka ini lebih tinggi dari jumlah kasus dalam satu tahun di 2021.

Dari data Dinkes Bantul, tahun 2021 di Kabupaten Bantul terdapat 410 kasus DBD dengan pasien yang meninggal dunia satu orang.  

Pemkab Bantul melalui Dinas Kesehatan bersama World Mosquito Program (WMP) saat ini tengah menjalankan program bertajuk Wolbachia wis Masuk Bantul atau WOW Mantul.

Sejak bulan Mei kemarin, Dinkes bersama WMP menyebar ember berisi telur nyamuk ber-wolbachia, dengan demikian nyamuk ber-wolbachia yang menetas dapat kawin dengan nyamuk lokal dan dapat mematikan virus dengue penyebab penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD).

"Saat ini sebanyak 19 ribu ember berisi telur nyamuk ber-wolbachia sudah disebar dan dititipkan di hunian masyarakat dan fasilitas umum yang akan menjadi orang tua asuh (OTA) ember tersebut," ungkapnya.

Sebelumnya, Kepala Dinas Kesehatan Bantul Agus Budi Raharja menyatakan bahwa teknologi Wolbachia digadang menjadi salah satu strategi yang akan melengkapi upaya pengendalian DBD di Bantul.

Wolbachia sebagai bakteri alami yang ditemukan pada 60 persen serangga ini, mampu bekerja menghambat replikasi virus dengue pada tubuh nyamuk Aedes aegypti, sehingga mencegah penularan virus dengue ke tubuh manusia.

Baca juga: Kasus Dugaan Pemaksaan Berjilbab di SMAN 1 Banguntapan Bantul, Pendamping: Kepala Sekolah Bohong

Ia berharap masyarakat yang menjadi orang tua asuh ember nyamuk ber- Wolbachia dapat menjadi orang tua yang turut menjaga dan memantau kondisi ember, agar tetap aman, tidak tumpah, bahkan hilang.

Meski ada teknologi ini, dirinya tetap mengimbau masyarakat untuk tetap menjalankan program pengendalian DBD yang sudah ada.

"Walaupun sudah diimplementasikan teknologi Wolbachia, warga tetap perlu menjalankan upaya pengendalian dengue yang sudah ada seperti pemberantasan sarang nyamuk (PSN) dengan 4M plus, gerakan 1 rumah 1 jumantik dan menjalankan perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS)," tandasnya. (nto)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved