Berita Pendidikan Hari Ini
Cerita Raja Muhammad Hayuri Islami, Mahasiswa Baru UGM dengan Usia Termuda yakni 15 Tahun
Siapa sangka, diantara 9.000 lebih mahasiswa baru Universitas Gadjah Mada (UGM) yang masuk di tahun 2022, ternyata ada satu anak yang baru berusia
Penulis: Ardhike Indah | Editor: Kurniatul Hidayah
Laporan Reporter Tribun Jogja, Ardhike Indah
TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN - Siapa sangka, diantara 9.000 lebih mahasiswa baru Universitas Gadjah Mada (UGM) yang masuk di tahun 2022, ternyata ada satu anak yang baru berusia 15 tahun saat ia dinyatakan resmi lolos tes seleksi.
Dia adalah Raja Muhammad Hayuri Islami, mahasiswa Fakultas Filsafat yang masuk ke UGM lewat jalur Seleksi Nasional Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SNMPTN).
“Iya, saya masuk ke UGM ini pakai nilai raport. Tentu saja, saya merasa bangga dan berharap bisa lebih berkembang di sini,” kata Raja ketika ditemui Tribunjogja.com di sela-sela kegiatan Pelatihan Pembelajar Sukses bagi Mahasiswa Baru (PPSMB) UGM, Senin (1/8/2022).
Raja tampak gugup ketika diwawancarai. Sebetulnya, dia juga tidak menyangka, dirinya adalah mahasiswa termuda yang masuk di angkatan 2022 ini.
Selama ini, dia hanya fokus belajar dan mengikuti alur sekolah saja. Bahkan, tidak ada ambisi dirinya untuk menjadi mahasiswa termuda.
Baca juga: Dinas Kebudayaan DIY Gelar Budaya Etnis Selendang Sutera
“Jadi, saya SD, SMP kemudian SMA. Nah, di SMA ini saya hanya menempuh dua tahun saja, tidak tiga tahun,” tuturnya yang merupakan alumni MAN 2 Kota Pekanbaru itu.
Ia mengikuti kelas akselerasi, yang memungkinkan dia bisa duduk di bangku kuliah di usia 15 tahun.
Biasanya, usia mahasiswa baru berkisar 17-18 tahun. Dengan begitu, ada gap sekitar 2-3 tahun antara Raja dan teman-teman seangkatannya.
“Kalau saya tidak merasa canggung sih. Cuma memang butuh adaptasi saja dengan teman-teman yang lebih tua. Saya berusaha,” bebernya.
Mahasiswa asal Pekanbaru, Riau itu memang harus cepat beradaptasi. Betapa tidak, kehidupan di Pekanbaru dengan Yogyakarta cukup berbeda jauh.
Pastinya, ada budaya-budaya yang berbeda yang bakal ia temui ketika menjadi mahasiswa di DI Yogyakarta.
Paling utama adalah bahasa. Sebagai anak rantau, Raja juga harus belajar bahasa Jawa untuk memudahkan dirinya berkomunikasi dengan warga sekitar.
“Memang, saya sendiri sudah siap melepas apa yang familiar bagi saya ketika di Pekanbaru sana. Namanya kehidupan harus tetap berjalan. Alhamdulillah, saya sudah bisa lepas dan melanjutkan di sini,” terangnya.
Ingin Jadi Dosen
Menjadi mahasiswa di usia 15 tahun adalah tantangan bagi Raja. Namun, ia tetap yakin bisa melewati halang rintang menghadang dalam kehidupannya.
Passion adalah perasaan yang selalu ia pegang demi mempermudah studinya menjadi mahasiswa Filsafat UGM.
“Sudah passion mungkin ya. Sejak SMA, saya ingin masuk ke Filsafat ini,” tutur Raja yang merupakan anak pertama dari dua bersaudara.
Ternyata, cita-cita Raja juga tidak jauh-jauh dari dunia akademik.
Dia ingin menjadi dosen Filsafat, setelah ia selesai menempuh pascasarjana nanti.
“Setelah sarjana ini, saya mau langsung ambil S2, tentang Filsafat juga. Saya ingin jadi dosen. Mungkin saya ambil S2 di UGM juga. Lihat nanti,” terangnya.
Kemauannya untuk menjadi dosen juga terpantik karena rasa ingin berbagi akan ilmu pengetahuan.
Sejak kecil, dia senang bercerita tentang apa yang ia tahu kepada keluarganya.
Apa yang sudah ia dapat, akan ia bagikan lagi dalam bentuk cerita agar yang lain juga paham bagaimana perasaan dia.
Baca juga: Pembangunan Pelabuhan Gesing Sudah 30 Persen, DKP DIY : Tahap Anggaran Pertama Capai Rp 108 Miliar
“Saya ingin memberikan manfaat bagi orang lain dengan ilmu yang sudah saya peroleh di UGM ini,” tutur Raja tenang.
Seperti mahasiswa baru pada umumnya, Raja juga memiliki target berapa lama kuliah di UGM.
Pastinya, ia enggan berlama-lama menjadi mahasiswa dengan tekun belajar dan fokus pada mata kuliah yang wajib diambil.
“Target saya 3 tahunan lah. Doakan saya ya, semoga bisa selesai tepat waktu,” tukasnya menutup perbincangan. (ard)