Tahun Baru Islam

KENAPA Malam 1 Suro Identik dengan Klenik dan Mistis? Ternyata Begini Penjelasannya

Malam 1 Suro akan tiba sebentar lagi. Jika dilihat dari pertemuan waktu kalender Jawa dan Masehi, malam 1 Suro akan jatuh pada tanggal 30 Juli 2022.

Penulis: Bunga Kartikasari | Editor: Joko Widiyarso
Tribunjogja.com | Santo Ari
KENAPA Malam Satu Suro ( Malam 1 Suro ) Identik dengan Klenik dan Mistis? Ternyata Begini Penjelasannya 

Di malam itu, di Keraton Yogyakarta, ada ritual Topo Bisu Mubeng Beteng.

Itu merupakan tradisi tahunan yang dilakukan dengan mengelilingi area di sekitar Keraton Yogyakarta tanpa berbicara sepatah katapun.

Hal-hal seperti itu terus diwariskan, dilanjutkan dari generasi ke generasi.

Biasanya, pada malam tersebut mereka mendekatkan diri kepada Tuhan dengan membersihkan diri melawan segala godaan hawa nafsu.

Mengutip laman Indonesia Kaya, tradisi malam satu Suro bermula saat zaman Sultan Agung.

Abdi dalem mengalunkan kidung doa dalam perayaan satu suro di Kraton NgaYogyakarta Hadiningrat, Kamis (21/9/2017).
Abdi dalem mengalunkan kidung doa dalam perayaan satu suro di Kraton NgaYogyakarta Hadiningrat, Kamis (21/9/2017). (magangtribunjogja/yovancanatalia)

Saat itu, masyarakat umumnya mengikuti sistem penanggalan tahun Saka yang diwariskan dari tradisi Hindu.

Sementara Kesultanan Mataram Islam sudah menggunakan sistem kalender Hijriah (Islam).

Sultan Agung yang ingin memperluas ajaran Islam di Tanah Jawa berinisiatif memadukan kalender Saka dengan kalender Hijriah menjadi kalender Jawa.

Penyatuan kalender ini dimulai sejak Jumat Legi bulan Jumadil Akhir tahun 1555 Saka atau 8 Juli 1633 Masehi.

Satu Suro adalah hari pertama dalam kalender Jawa di bulan Suro, bertepatan dengan 1 Muharram dalam kalender Hijriyah.

Hal tersebut bisa terjadi karena imbas dari politik kebudayaan dari Sultan Agung dari Kerajaan Mataram pada kurun 1628-1629.

Baca juga: 12 Ucapan Selamat Tahun Baru Islam 1 Muharram 1444 H Berisi Doa dan Harapan Bahasa Inggris

Pada saat itu, Mataram mengalami kekalahan dalam penyerbuannya ke Batavia, yang akhirnya membuat Sultan Agung melakukan evaluasi.

Setelah penyerbuan itu pula, pasukan Mataram yang menyerang Batavia telah terbagi ke dalam pelbagai keyakinan seiring semakin masifnya Islam di tanah Jawa.

Kondisi tersebut akhirnya membuat pasukan Mataram tidak solid.

Kemudian, untuk merangkul semua golongan yang terbelah, Sultan Agung menciptakan kalender Jawa-Islam dengan pembauran kalender Saka dari Hindu dan kalender Hijriah dari Islam.

Halaman
123
Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved