Tahun Baru Islam

1 Suro 2022 Jatuh Pada Sabtu 30 Juli 2022, Ini Bedanya dengan Tahun Baru Islam 1 Muharram 1442 H

Malam 1 Suro 2022 akan jatuh pada Sabtu 30 Juli 2022 jika dilihat dari penanggalan Jawa dan Masehi.

Penulis: Tribun Jogja | Editor: Rina Eviana
TRIBUNJOGJA.COM
Pergantian tahun baru penanggalan Jawa 1 Sura (1951 dal) juga disambut dengan tradisi Siraman Dalem Pusaka atau semacam jamasan pusaka oleh Puro Pakualaman, Jumat (22/9/17). 

Pada bulan Suro, masyarakat suku Jawa akan melakukan berbagai tradisi sesuai kepercayaannya yang masih dilakukan hingga saat ini.

Maka menjadi penting bagi masyarakat terutama dari suku Jawa untuk mengetahui kapan jatuhnya 1 Suro pada penanggalan masehi di tahun 2022.

Tradisi malam 1 Suro

Suasana pelepasan Lampah Budaya Mubeng Beteng yang digelar untuk menyambut 1 Suro tahun Jawa, Minggu (02/10/2016) tengah malam.
Suasana pelepasan Lampah Budaya Mubeng Beteng yang digelar untuk menyambut 1 Suro tahun Jawa, Minggu (02/10/2016) tengah malam. (tribunjogja/arfiansyah panji)

Sejarah malam 1 Suro dalam pandangan sebagian masyarakat Jawa dianggap punya makna mistis dibanding hari-hari biasa.

Pada malam 1 Suro para penganut Kejawen (kepercayaan tradisional masyarakat jawa) akan menyucikan dirinya berikut benda-benda yang diyakini sebagai pusaka.

Sejumlah kraton dari Kasunanan Surakarta, Kesultanan Yogyakarta, hingga Kasepuhan Cirebon bahkan punya tradisi masing-masing untuk merayakan 1 Suro.

Kraton Surakarta misalnya. Pada malam 1 Suro biasanya akan menjamas (memandikan) pusaka-pusaka kraton termasuk mengirab kerbau bule, Kiai Slamet.

Nama lain malam 1 Suro adalah malam 1 Muharam dalam penanggalan Hijriyah atau Islam.

Baca juga: Tradisi Malam 1 Suro atau 1 Muharram Tahun Baru Islam Masyarakat Jogja dan Sekitarnya

Ihwal ini tak terlepas soal penanggalan Jawa dan kalender Hijriah yang memiliki korelasi dekat.

Khususnya sejak zaman Mataram Islam di bawah Sultan Agung Adi Prabu Hanyakrakusuma (1613-1645).

Penanggalan Hijriyah memang di awali bulan Muharam. Oleh Sultan Agung kemudian dinamai bulan Suro.

Kala itu Sultan Agung berinisiatif mengubah sistem kalender Saka yang merupakan kalender perpaduan Jawa asli dengan Hindu.

Sultan terbesar Mataram tersebut lantas memadupadankan kalender Saka dengan penanggalan Hijriyah.

Hal ini memang sangat unik mengingat kalender Saka berbasis sistem lunar atau Matahari sementara Hijriyah pergerakan Bulan.

Kalender Hijriyah banyak dipakai oleh masyarakat pesisir yang pengaruh Islamnya kuat, kalender Saka banyak digunakan oleh masyarakat Jawa pedalaman.

Halaman
123
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved