Berita Klaten Hari Ini

KISAH Pak Sekdes yang Jadi Miliarder dari UGR Tol Yogyakarta-Solo di Klaten: Ingin Bangun Pesantren

Mendapat rezeki nomplok Rp 2,4 miliar karena tanah sawah digilas jalan tol Yogyakarta-Solo tak membuat Jumakir (56) lupa untuk berderma.

Penulis: Almurfi Syofyan | Editor: Kurniatul Hidayah
TRIBUNJOGJA.COM/ Almurfi Syofyan
Jumakir (56) saat berfoto disela-sela pembayaran UGR tol Yogyakarta-Solo di Desa Grinting, Kecamatan Jogonalan, Kabupaten Klaten, Selasa (12/7/2022). 

TRIBUNJOGJA.COM, KLATEN - Mendapat rezeki nomplok Rp 2,4 miliar karena tanah sawah digilas jalan tol Yogyakarta-Solo tak membuat Jumakir (56) lupa untuk berderma.

Pria yang sehari-hari bekerja sebagai Sekretaris Desa (Sekdes) Granting, Kecamatan Jogonalan, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah ini memiliki rencana mulia setelah dirinya manjadi miliarder tol.

Jumakir berniat untuk menggunakan uang miliaran rupiah itu untuk pengembangan rumah tahfiz yang ia kelola.

Baca juga: Pemilu 2024: KPU Kota Yogyakarta Buka Layanan Help Desk Jelang Pendaftaran Parpol

"Saya punya rumah quran, ini uangnya utamanya mau untuk bikin pondok pesantren untuk pengembangan," ujar Jumakir saat Tribunjogja.com temui di sela  pembayaran UGR tol di Balai Desa Granting, Selasa (12/7/2022).

Menurutnya, saat ini terdapat 130 santri yang belajar di rumah tahfiz Al-Huda miliknya dan baru-baru ini sudah ada 20 santri baru yang mendaftar sehingga terdapat 150 santri yang belajar.

Selama ini, lanjut Jumakir, para santri itu belajar di gazebo dan di rumah pribadinya.

"Ini untuk pengembangan fasilitas gedung, saya hanya punya 4 gazebo, musala dan rumah saat ini," jelasnya.

Disinggung terkait motivasinya membuat pesantren, Jumakir mengaku ingin memajukan pendidikan karena sejak kecil ia belajar pendidikan agama sampai ke bangku perkuliahan.

"Hidup harus bermanfaat bagi orang lain, saya memang punya cita-cita pengen punya pesantren, anak saya semuanya pendidikannya di pesantren dan alhamdulillah yang bungsu sudah hafal 3 juz," ulasnya.

Ia mengatakan, uang ganti rugi (UGR) tol Yogyakarta-Solo senilai Rp 2,4 miliar itu didapatkan oleh pihaknya sebagai kompensasi dari tanah sawah miliknya seluas 2.450 meter persegi diterjang tol.

Sawah tersebut, katanya termasuk sawah produktif karena bisa panen 2 sampai 3 kali dalam setahun.

"Nilai UGR-nya cukup besar, itu per meter diganti sekitar Rp 900 ribu, kalau harga tanah sawah normalnya di sini Rp 300 ribu," ucapnya.

Ia mengatakan, uang Rp 2,4 miliar itu tak semuanya ia gunakan untuk pengembangan pembangunan pesantren.

Sisanya untuk membeli sawah dan naik haji.

Baca juga: Kejanggalan Kematian Brigadir J, Mulai Waktu Pengungkapan, Kronologi Beda Hingga Luka Sayat

"Kalau haji saya sebenarnya sudah daftar dan ini masuk antrian sampai 15 tahun. Mudahan-mudahan umur saya panjang dan bisa menunaikan haji ke tanah suci," tandasnya.

Sementara itu, Kepala Badan Pertanahan Nasional (BPN) Klaten , Tentrem Prihatin mengatakan jika pembayaran UGR tanah terdampak tol tersebut telah melalui sejumlah tahapan.

Mulai dari identifikasi dan inventarisasi lahan, musyawarah bentuk ganti kerugian hingga pengajuan pembayaran UGR ke Lembaga Manajemen Aset Negara (LMAN).

"Pembayaran UGR ini adalah tahapan akhirnya, semoga para penerina bisa memanfaatkan untuk kepentingannya," imbuhnya. (Mur)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved