15 Tahun Berkarya di Industri Fesyen, Philip Iswardono Gelar Pameran Tunggal dengan 72 Busana

Desainer asal Yogyakarta , Phillip Iswardono menggelar Pameran Tunggal di usia 15 tahun dirinya berkarya di industri fesyen Indonesia.

Penulis: Ardhike Indah | Editor: Kurniatul Hidayah
istimewa
Suasana peragaan busana dalam Pagelaran Show Tunggal karya Phillip Iswardono di Candhari Heaven, Sabtu (25/6/2022) siang. 

Laporan Reporter Tribun Jogja, Ardhike Indah

TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN - Desainer asal Yogyakarta , Phillip Iswardono menggelar Pameran Tunggal di usia 15 tahun dirinya berkarya di industri fesyen Indonesia.

Pameran tunggal itu merupakan kali keempat selama ia menjadi desainer. Kali ini, parade busana digelar di Candhari Heaven, Prambanan, Sleman dengan mempersembahkan 72 busana khas karya Phillip Iswardono, Sabtu (25/6/2022).

"15 tahun itu waktu yang sebentar dan belum apa-apa dibandingkan yang 20 tahun maupun 25 tahun,” buka Phillip saat konferensi pers.

Meski begitu, dia menilai, usia 15 tahun bagi manusia bisa dikatakan sudah masuk di fase menuju dewasa.

“Bukan maksud saya menyepelekan angkanya, melainkan di sini adalah seberapa dewasanya sikap kami dalam berkarya di industri fesyen," tegasnya.

Baca juga: Apresiasi Karya Seluruh Siswa, PAUD Meris Ceria Tutup Tahun Ajaran 2021/2022

Phillip, yang juga meluncurkan buku berjudul ‘Larik Lurik: Menuju Wastra Setara’, menambahkan, eksistensi di dunia rancang busana bisa terjadi karena adanya rasa cinta dan kesetiaan.

Baginya, dua rasa itu tak dapat dipisahkan, saling melengkapi, menguatkan demi menghadirkan makna.

Satu dekade lalu, Phillip sudah jatuh cinta dengan kain lurik. Dari situ, dia memutuskan untuk fokus mengolah kain tradisional lurik agar bisa digunakan lebih banyak orang dengan cutting-cutting yang tidak ketinggalan zaman.

“Maka, gelaran kali ini saya beri judul ‘Love Loyalty Dedication’ yang artinya cinta, kesetiaan dan dedikasi,” jelas Phillip.

Sebanyak 72 busana yang ia tampilkan itu dikeluarkan satu persatu melalui dua sequence yang memiliki tema masing-masing, yakni Indonesian Culture dan Two World United.

Dia menjelaskan, Indonesian Culture menjadi busana siap pakai eksplorasi kain-kain wastra Indonesia berupa lurik, tenun ikat, batik, dan sebagainya.

Gaya layering dan draperi yang menjadi ciri khas Phillip tampil beragam warna dan gaya sarung untuk pria dan wanita. 

Outer dan berbagai modifikasi gaya kimono look mendominasi koleksi pada sequence satu. 

Sementara itu, Two World United lebih menonjolkan busana out of the box, yakni koleksi yang menggambarkan warna-warna favorit Wim van Kuijk, seorang Belanda yang menginspirasi, mendorong, mendukung dan memotivasi Phillip dalam perjalanannya di dunia fesyen.

“Saya pun memberikan tribute untuk beliau, Wim van Kuijk lewat pagelaran busana ini,” katanya.

Advisory Board Indonesian Fashion Chamber, Taruna K Kusmayadi, turut hadir dan mengatakan bahwa 15 tahun sudah cukup untuk percaya diri dalam melakukan show tunggal.

"Mas Philip selalu menggunakan kain lurik yang juga menjadi modal untuk disiplin dan  bisa maju di dunia fashion termasuk menggelar show tunggal," jelasnya.

Baca juga: Bupati Halim Ajak Perawat Ikut Tuntaskan Masalah Stunting di Bantul

Gusti Kanjeng Bendara Raden Ayu Adipati Paku Alam, pun memberikan apresiasi atas pagelaran show tunggal keempat sekaligus launching buku perdana milik Philip.

"Dengan desain-desainnya yang juga luar bisa dan ternyata beliau sangat care dengan lurik wastra tradisional Yogyakarta. Makanya saya senang sekali mas Philip kersa untuk mengangkat lurik yang wastra asli Yogyakarta ini," tuturnya.

Ia berharap ke depan karya Philip bisa merambah ke dunia Internasional. (ard)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved