Berita Pendidikan Hari Ini
Teliti Faktor Risiko Hipertensi pada Pasien Hipertiroid, Agus Wibowo Slamet Raih Doktor di UGM
Penyakit hipertensi dan hipertiroid lebih sering terjadi pada wanita dan selain terkait dengan faktor lingkungan dan genetik.
Penulis: Tribun Jogja | Editor: Gaya Lufityanti
Tribunjogja.com - Hipertensi menjadi penyebab kematian terbesar di dunia saat ini.
Hipertensi terjadi hampir pada sepertiga usia muda dan meningkatkan risiko stroke.
Salah satu penyebab hipertensi adalah kenaikan tekanan darah akibat hipertiroidisme .
Penyakit hipertensi dan hipertiroid lebih sering terjadi pada wanita dan selain terkait dengan faktor lingkungan dan genetik.
Hal itu mengemuka dalam ujian terbuka R. Agus Wibowo Slamet , S.Si., M.Sc., untuk memperoleh gelar doktor di Program Doktor Ilmu Kedokteran dan Kesehatan Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan, Selasa (7/6/2022).
Baca juga: Teliti Penjurnalan Transaksi Bisnis, Uswatun Hasanah Raih Gelar Doktor di UGM
Menurut Agus Wibowo Slamet , faktor genetik dan lingkungan seperti merokok, konsumsi garam, aktivitas fisik, alkohol dan gaya hidup berperan terhadap kejadian penyakit hipertensi .
Hipertensi menurut beberapa penelitian yang telah dilakukan berhubungan dengan gangguan fungsi tiroid baik hipertiroid maupun hipotiroid .
Sebab reseptor tiroid hormon-α (THRA) dan THRB telah dikaitkan dengan banyak pengaruh hormon tiroid pada sistem kardiovaskular.
“Hormon tiroid memiliki efek pada otot jantung, sirkulasi perifer dan sistem saraf simpatis yang berpengaruh terhadap hemodinamik kardiovaskuler pada penderita hipertiroid,” kata Agus Wibowo Slamet .
Perubahan pada kardiovaskuler tersebut meliputi peningkatan denyut jantung, kontraktilitas otot jantung, output jantung, relaksasi diastolik dan penggunaan oksigen oleh otot jantung serta penurunan resistensi vaskular sistemik dan tekanan diastolik.
Penelitian yang ia lakukan dengan 124 orang penderita hipertiroid .
Masing-masing diuji kadar TSH dan fT4, dan tekanan darah diperiksa sebelum menentukan kelompok kasus dan kelompok kontrol.
Selanjutnya kadar renin diukur pada kedua kelompok penelitian.
“Penelitian ini adalah penelitian observasional. Rancangan atau desain penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah case-control. Populasi pada penelitian ini adalah pasien hipertiroid yang berasal dari Indonesia,” ujarnya.
Subjek penelitian adalah penderita hipertiroid yang berkunjung di Klinik Litbangkes dengan kriteria inklusi dimana pasien wanita atau pria usia di atas 18 tahun, pasien hipertiroid, pasien penderita hipertensi .
Subjek penelitian akan diukur tekanan darah, berat badan dan tinggi badan, serta diambil darahnya untuk pemeriksaan hormon tiroid, renin dan pemeriksaaan variasi genetik.
Subjek penelitian 87 persen adalah wanita dengan usia rata-rata 39,66 tahun.
Baca juga: Mahfud Sholihin Dikukuhkan Jadi Guru Besar UGM
Kondisi hipertiroid ditunjukkan dengan nilai Thyroid Stimulating Hormone (TSH) rata-rata 0,05 µIU/mL dan fT4 diatas nilai normal dengan rata-rata 5,12 ng/dL.
Tekanan darah sistolik 152,59 mmHg pada kelompok kasus, lebih tinggi daripada kelompok kontrol dan berbeda secara bermakna.
Tekanan darah diastolik kelompok kasus lebih tinggi dari kelompok kontrol dan berbeda secara bermakna.
Genotip CT pada THRA rs-939348 memiliki frekuensi terbesar dan merupakan faktor risiko hipertensi .
Dari penelitian ini, ia menyimpulkan kelompok dengan hipertiroid dan hipertensi memiliki tekanan darah sistolik dan diastolik lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol.
Sedangkan variasi genetik, konsumsi makanan dengan digoreng dan aktivitas fisik merupakan faktor risiko hipertensi . ( Tribunjogja.com )