Ini Alasan Kenapa Harga Cabai di DI Yogyakarta Melambung Tinggi Hingga Sentuh Rp 80 Ribu per Kg

Wakil Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DPKP) DIY, Syam Arjayanti, pun menjelaskan alasan mengenai kenaikan harga cabai saat ini.

Penulis: Neti Istimewa Rukmana | Editor: Kurniatul Hidayah
istimewa
Penjual cabai di Pasar Beringharjo, Rabu (8/6/2022). 

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Harga cabai di beberapa Kabupeten atau Kota di DI Yogyakarta , kini melambung tinggi. 

Wakil Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DPKP) DIY, Syam Arjayanti, pun menjelaskan alasan mengenai kenaikan harga cabai saat ini.

Berdasarkan laporan yang diterima olehnya, baik itu petani cabai di Kulon Progo , saat ini luasan tanam cabai menyusut dibanding luas tanam tahun lalu pada bulan yang sama.

Baca juga: PPKM Level 1 Jawa-Bali, Dinas Pariwisata DIY : Kapasitas Tempat Wisata Dibuka 100 Persen

"Juni 2021 luas tanam 350-400 hektare. Tapi, Juni 2022 luas tanam 100 hektare, dalam satu lokasi. Karena harga cabai pada Juni 2021 hanya Rp 7.000 per kilogram, maka saat ini petani beralih ke semangka dan melon. Namun, semalam harga lelang cabai di Kulon Progo rata-rata Rp 50.000 per kilogram," katanya, kepada Tribunjogja.com melalui telepon, Rabu (08/06/2022).

Sementara itu, Fungsional Analis Pasar Hasil Pertanian DPKP DIY , Gading Adrian Ramadhan, menyebut, sebelumnya telah mengamati pergerakan harga cabai pada Juni-Juli 2021 dan membagikannya pada saat ini.

Katanya, pada Juni-Juli 2021 terdapat penurunan harga cabai . Sedangkan saat ini di DIY mengalami kenaikan harga cabai yang tinggi.

"Jadi, alasan utama harga cabai naik saat ini ialah faktor cuaca. Terlebih saat ini seharusnya kita memasuki awal musim kemarau kering. Kemudian, pada bulan ini intensitas hujan tidak hanya di DIY saja yang masih tinggi," terangnya.

Katanya, saat ini banyak petani cabai yang menerima hasil panen yang tidak sempurna yakni busuk atau yang dikenal dengan sebutan penyakit patek.

Terangnya, ketika cabai tersebut sudah harus dipanen namun terdapat hujan dengan intensitas yang tinggi, maka otomatis cabai cenderung membusuk dan terserang patek.

Dikatakannya, sumber penyakit patek ialah dari jamur dan tentunya jamur itu muncul dari kondisi alam yang lembab. 

Namun, katanya, berdasarkan tren yang ada, penyakit patek akan meningkat di akhir tahun. Di mana ucapnya, akhir tahun merupakan musim hujan.

"Tapi karena Juni 2022 masih musim hujan atau yang disebut orang-orang kemarau basah, maka hal itu yang mengakibatkan petani gagal panen," terangnya.

Ia pun belum dapat memperediksi sampai kapan penyakit patek yang menyerang cabai milik para petani di DIY berakhir. 

Senada dengan Fungsional Analis Pasar Hasil Pertanian DPKP DIY, Fungsional Pengawas Perdagangan, Perlindungan, dan Tata Tertib Niaga DIY, Sabar Santoso, mengatakan, kenaikan harga cabai disebabkan adanya penyakit patek. 

Baca juga: Airlangga Hartarto Disebut Punya Modal Besar Maju Pilpres 2024

"Harusnya bulan ini masuk kemarau, tapi karena hujan terus menerus dan udaranya lembab, maka menyebabkan penyakit patek di cabai muncul," jelasnya. 

Halaman
12
Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved