Isu Politik Identitas Mulai Merebak Jelang Pemilu 2024, Nalar Kebhinnekaan Perlu Dirawat

Sebagai bentuk antisipasi berkembangnya intoleransi dan politik identitas yang mengancam keutuhan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), Lembaga

Penulis: Ardhike Indah | Editor: Kurniatul Hidayah
istimewa
Diskusi Lembaga Constitutional Law Study (CLS), bertema ‘Indonesia Kita: Merawat Nalar Keberagaman, Memperkokoh Kebhinekaan’ di Kafe Arrasah Kopi Madumurti, Patangpuluhan, Wirobrajan, Kota Yogyakarta, Sabtu (28/05/2022) siang. 

Dalam diskusi ini, pihaknya juga mengundang berbagai organisasi daerah untuk berdiskusi tentang konsep nalar keberagaman dan kebhinnekaan. 

“Ini baru langkah awal. Ke depan kami akan membuat kajian yang lebih mendalam untuk kemudian dibuat rekomendasi konsep yang nantinya akan ditawarkan kepada pmangku-pemangku kebijakan sebagai masukan dalam menentukan arah kebijakannya,” imbuhnya.

Dialog menghadirkan dua narasumber, yaitu aktivis anti radikalisme, Totok Purwanto dan aktivis perempuan, Elna Vebi Astuti.

Dalam pemaparannya, Totok Ispurwanto mengungkapkan, saat ini geliat politik identitas sudah mulai nampak terutama di media sosial, meski pemilu 2024 masih panjang. 

Menurutnya, politik identitas yang mengarah kepada ancaman disitegrasi bangsa ini perlu dicegah dengan merawat nalar kebhinnekaan.

Ia mencontohkan, politik identitas dan intoleransi yang kentara terjadi pada Pilkada DKI 2017 silam. 

Politik identitas tidak hanya menghadapkan antar golongan dan antar agama, bahkan sesama agama.

 


“Isu agama ini yang paling menonjol memicu intoleransi. Bukan hanya antaragama, bahkan antar sesama agama yang berbeda golongan,” paparnya.

Dia melanjutkan, ada yang menganggap golongannya paling benar dan menuding golongan lainnya salah, kafir dan sesat. 

Itu terjadi di semua agama. Hal itulah yang kemudian menimbulkan konflik. 

“Bukan agamanya yang salah, namun nalar penganutnya yang keliru. Ini adalah bukti nyata adanya potensi ancaman kebhinnekaan. Itulah mengapa  merawat nalar kebhinnekaan ini perlu terus dijaga,” ucapnya.

Baca juga: Kembali Meningkat, Kasus Covid-19 di DI Yogyakarta 28 Mei 2022 Bertambah 24 Kasus Baru

Sementara itu, Elna Vebi Astuti menilai sesunggunya keragaman Indonesia adalah sumber solusi, bukan sebaliknya menjadi sumber konflik.

“Keberagaman berbanding lurus dengan berbagai ragam solusi yang ada. Dengan merawat keberagaman ini justru kita bisa menemukan banyak solusi bagi bangsa Indonesia,” ujarnya.

Namun demikian, dari ribuan keberagaman budaya di Indonesia tidak semuanya murni produk budaya asli bangsa Indonesia. 

Sumber: Tribun Jogja
Halaman 2 dari 3
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved