BMKG Prediksikan Lama Musim Kemarau 2022 Berkisar 14 Hingga 19 Dasarian

Sejumlah wilayah di DI Yogyakarta akan menjumpai musim kemarau yang cukup panjang. Kepala Stasiun Klimatologi, Mlati, Sleman Reni Kraningtyas

Penulis: Miftahul Huda | Editor: Kurniatul Hidayah
TRIBUNJOGJA.COM/ Ahmad Syarifudin
Kepala Stasiun Klimatologi BMKG DIY, Reni Kraningtyas 

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Sejumlah wilayah di DI Yogyakarta akan menjumpai musim kemarau yang cukup panjang.

Kepala Stasiun Klimatologi, Mlati, Sleman Reni Kraningtyas mengatakan, lama musim kemarau di DIY diprediksikan berkisar 14 hingga 19 dasarian.

Dengan satu dasarian berarti sepuluh hari menurut istilah meterologi.

Baca juga: Berkenalan dengan Mister Pinkki, Tukang Tambal Ban yang Cinta Warna Merah Muda

Kemudian berakhirnya musim kemarau diprediksikan pada September dasarian 2  untuk wilayah Kulonprogo bagian Barat, lalu Oktober dasarian 1 untuk wilayah Kulonprogo bagian Selatan, serta Bantul bagian Barat.

Di bulan yang sama yakni Oktober dasarian 2 wilayah Kulonprogo bagian Utara dan Sleman bagian Barat juga kemarau diprediksikan berakhir.

"Selanjutnya bulan Oktober dasarian 3 wilayah Gunungkidul dan Sleman bagian Utara juga Timur pun demikian," ujarnya.

Reni menuturkan meskipun musim kemarau tahun ini cenderung agak basah tetapi perlu adanya mitigasi untuk menghadapi cuaca dan iklim ekstrem.

Pihaknya merekomendasikan langkah pencegahan terjadinya bencana kekeringan antara lain.

Menggunakan sumber air dengan hemat dan sesuai dengan kebutuhan sehari-hari.

Melakukan penanaman pohon sebanyak mungkin di lingkungan sekitar rumah.

Membuat tandon air di pekarangan rumah yang  berfungsi sebagai penampungan air.

Baca juga: Musim Kemarau di DIY Bakal Berlangsung Cukup Panjang, Ini Prediksi BMKG

Memperbanyak daerah resapan air, sekaligus mengurangi penutupan saluran resapan air tersebut dengan plester atau bahkan ubin.

Memberikan perlindungan kepada sumber-sumber air bersih yang tersedia, serta melakukan panen dan konservasi air.

"Dengan memperhatikan 5 hal diatas, maka kemungkinan akan terjadinya bencana kekeringan dapat diminimalisir sehingga tidak menimbulkan kurangnya ketersediaan air bagi makhluk hidup yang sangat berbahaya bagi tubuh dan kesehatan kita bersama," terang dia. (hda)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved