Guru Besar UGM Kampanyekan Membangun Kedaulatan Bangsa dalam Pewarna Alami
Edia menjelaskan bahwa pewarna alami telah digunakan sejak awal peradaban manusia. Saat ini pewarna alami kembali banyak digunakan di industri makanan
Penulis: Tribun Jogja | Editor: Kurniatul Hidayah
TRIBUNJOGJA.COM, SLEMAN - Prof. Dr. Ir. Edia Rahayuningsih, MS., IPU., dikukuhkan sebagai Guru Besar pada bidang Teknik Kimia Fakultas Teknik UGM, Selasa (10/5/2022) di Balai Senat UGM.
Dalam pengukuhan tersebut ia menyampaikan pidato berjudul Menghidupkan Kembali (Revival) Pewarna Alami Nusantara Untuk Membangun Kedaulatan Bangsa Dalam Pewarna Alami.
Edia menjelaskan bahwa pewarna alami telah digunakan sejak awal peradaban manusia. Saat ini pewarna alami kembali banyak digunakan di industri makanan, fashion, tekstil, farmasi, kosmetik dan kesehatan.
Pewarna alami disukai karena keunggulannya, antara lain aman, renewable dan biodegradable.
Selain itu prospek penggunaan kembali ke pewarna alami di ranah global sesuai dengan beberapa semboyan yang ada.
Beberapa di antaranya seperti go back to nature, slow fashion, go green, eco green, dan sebagainya. Tak hanya itu, penggunaan kembali pewarna alami sejalan dengan isu SDGs.
Baca juga: Kasus Covid-19 di DIY Melandai, Penyuntikan Vaksin Booster Perlu Terus Digalakkan
Researchandmarket.com (2019) melaporkan bahwa pasar pewarna alami global diperkirakan akan menghasilkan pendapatan sekitar USD 5 miliar pada tahun 2024, tumbuh rata-rata per tahun sekitar 11 persen selama 2018-2024.
Gelombang peningkatan jumlah konsumen yang sadar lingkungan telah mengarah pada penerapan pewarna alami dalam pakaian, makanan, minuman, produk kecantikan, kesehatan & kebugaran, dan produk obat-obatan di pasar Amerika Utara.
Meningkatnya perhatian publik terhadap pewarna alami dan adanya peraturan pemerintah yang ketat tentang lingkungan dan polusi mendorong penggunaan pewarna alami di pasar global.
Melihat perkembagan permintaan pasar global yang pesat, Edia menyebutkan produsen tradisional tidak mungkin akan bisa menjangkau pasar global.
Sejumlah terobosan invoasi dalam produksi dan rantai pasok diperlukan untuk bisa membawa produk pewarna alami sampai di pasar global.
Di samping itu, kebijakan untuk mengarusutamakan penggunaan pewarna alami juga diperlukan untuk mendorong tumbuhnya pasar di dalam negeri.
"Saat ini pemenuhan kebutuhan zat warna untuk industri tekstil di Indonesia sebagian besar masih mengandalkan impor. Data Badan Pusat Statistik tahun 2021, rerata impor zat warna sintetik selama 5 tahun terakhir mencapai lebih dari 42.000 ton/tahun,"paparnya.
Sementara di sisi lain, Indonesia memiliki budaya warisan adiluhung penggunaan pewarna alami yang aman dan senyawa yang terkandung bermanfaat bagi tubuh.
Selain itu Indonesia memiliki kekayaan alam dan biodiversitas yang merupakan bahan baku pembuat zat warna alami, sehingga Indonesia pernah sebagai penghasil pewarna alami blue indigo terbesar di pasar dunia pada saat penjajahan Belanda dari tahun 1602 sampai 1942.