Berita Bisnis Terkini
Harga Ternak di Gunungkidul Melorot, Imbas Merebaknya Isu PMK
Harga pasaran normal untuk seekor sapi biasanya mencapai Rp 16 juta. Namun saat ini, harganya bisa turun hingga kisaran Rp 14,5 juta per ekornya.
Penulis: Alexander Aprita | Editor: Gaya Lufityanti
TRIBUNJOGJA.COM, GUNUNGKIDUL - Merebaknya isu Penyakit Mulut dan Kuku ( PMK ) berdampak pada harga jual ternak di Gunungkidul .
Dampaknya pun cukup terasa mengingat wilayah ini sebagai salah satu produsen ternak sapi dan kambing terbesar.
Sukamto, pedagang sapi asal Nglipar menyebut harga jual ternaknya mulai terasa turun sejak kemarin.
"Selisihnya lumayan, bisa turun ke kisaran Rp 1 jutaan," tuturnya ditemui di Pasar Hewan Siyono, Playen pada Jumat (13/05/2022).
Menurut Sukamto, harga pasaran normal untuk seekor sapi biasanya mencapai Rp 16 juta.
Baca juga: Antisipasi PMK, Lalu Lintas Ternak ke Gunungkidul Diperketat
Namun saat ini, harganya bisa turun hingga kisaran Rp 14,5 juta per ekornya.
Meski demikian, ia mengaku tidak terlalu khawatir soal PMK. Sebab menurutnya, penyakit ini sudah ada sejak lama diketahui oleh peternak hingga pedagang hewan.
"Kebanyakan sudah paham dan tahu juga cara menanganinya," ujar Sukamto.
Ia pun menyebut PMK merupakan penyakit lama yang memang bisa menyerang ternak.
Sepanjang yang ia tahu, cirinya berupa kondisi ternak yang lemas dan susah jalan, hingga mengeluarkan banyak liur.
Kepala Bidang Kesehatan Hewan, Dinas Peternakan dan Kesehatan Hewan (DPKH) Gunungkidul, Retno Widyastuti juga menyebut PMK dulu pernah menyerang hewan ternak di wilayah ini.
Namun kemudian mereda.
"Sekitar tahun 1986 Indonesia sudah berstatus bebas PMK , tapi sekarang muncul lagi," ungkap Retno.
Menurutnya, PMK disebabkan oleh virus. Alhasil, penularannya pun bisa berlangsung sangat cepat.
Bahkan bisa menyebabkan kematian pada ternak jika tidak segera tertangani.
Baca juga: Guru Besar FKH UGM : Hentikan Lalu Lintas Ternak di Daerah Wabah PMK