Tekan Angka Stunting, BKKBN DIY Kerahkan 1.852 Tim Pendamping Keluarga

Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) DIY membentuk 1.852 Tim Pendamping Keluarga (TPK) yang tersebar di seluruh wilayah

Penulis: Yuwantoro Winduajie | Editor: Kurniatul Hidayah
TRIBUNJOGJA.COM / Suluh Pamungkas
ilustrasi 

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) DIY membentuk 1.852 Tim Pendamping Keluarga (TPK) yang tersebar di seluruh wilayah DI Yogyakarta untuk menekan angka stunting.

Kepala Perwakilan BKKBN DIY, Shodiqin menjelaskan, tiap tim pendamping terdiri dari tiga unsur meliputi bidan, tim penggerak PKK, maupun kader Keluarga Berencana (KB).

TPK hadir dengan tugas utama melakukan pendampingan kepada keluarga dengan cara mengidentifikasi faktor risiko stunting dan melakukan pelayanan untuk pencegahan risiko stunting.

Baca juga: Polisi Beberkan Hasil Autopsi Sementara Korban Penganiayaan di Kokap Kulonprogo

"Hari ini serentak dimulai untuk pendampingan yang ada di desanya. Sedangkan di DIY kami sudah membentuk 1.852 tim pendamping dari tiga unsur dan sudah berjalan sejak Desember 2021," terangnya di Kompleks Kepatihan Yogyakarta, Kamis (12/5/2022).

Pemerintah menargetkan angka stunting di Indonesia pada tahun 2024 berada di bawah 14 persen.

Di DI Yogyakarta sendiri, berdasarkan data tahun 2021 angka stunting berhasil diturunkan menjadi 17,3 persen.

Meski belum mencapai target nasional, namun hasil tersebut cukup memuaskan mengingat wilayah ini menjadi provinsi terbaik ketiga dengan angka stunting terendah.

"Setelah Bali, DKI Jakarta kemudian baru Yogya. 17,3 persen dari jumlah bayi yang ada di DIY," ujarnya.

Dari survey yang dilakukan, angka stunting paling tinggi ditemui di Kabupaten Gunungkidul yakni mencapai 20 persen. Adapun Kabupaten Kulon Progo menjadi wilayah dengan angka stunting terendah yakni sekitar 14 persen.

Menurutnya perkawinan dini dan perceraian juga turut menyumbang lahirnya anak stunting. Hal itu sejalan dengan tingginya angka perceraian dan pernikahan dini di Gunungkidul.

Baca juga: Pendaki Gunung Lawu Hipotermia di Pos 3 Jalur Cemoro Kandang

"Kami berusaha mencegah supaya tidak ada kelahiran yang potensi stunting dengan menggandeng sasaran remaja, calon pengantin dan ibu hamil, termasuk bayi di bawah dua tahun," terangnya.

"Karena dengan mencukupi asupan makanan 1.000 hari pertama pada bayi, kalau semua ditangani Insyaallah tidak ada bayi yang stunting," sambungnya. (tro)

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved