Obrolan YK: Perombakan Pola Pengentasan Kemiskinan di Kota Yogyakarta Berbuah Manis
Lima tahun sudah duet Wali Kota dan Wakil Wali Kota Haryadi Suyuti-Heroe Poerwadi memegang tampuk pimpinan birokrasi di Kota Yogyakarta.
Penulis: Azka Ramadhan | Editor: Kurniatul Hidayah
TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Lima tahun sudah duet Wali Kota dan Wakil Wali Kota Haryadi Suyuti-Heroe Poerwadi memegang tampuk pimpinan birokrasi di Kota Yogyakarta.
Mendapat amanat sebagai kepala pelayanan masyarakat, beragam capaian mentereng pun berhasil mereka torehkan.
Salah satu yang patut diapresiasi adalah, inisiatif terkait akselerasi pengentasan kemiskinan, yang sanggup digenjot secara apik, dalam dua tahun kepemimpinan.
Perombakan pola kerja dan pola pikir tiap Organisasi Perangkat Daerah (OPD) disebut menjadi kunci keberhasilan tersebut.
Baca juga: Tercatat Ada 80 Kecelakaan Lalu Lintas di Bantul Selama Operasi Ketupat Progo
"Kalau kita melihat dari 2017-2019, target lima tahun dapat terselesaikan dalam dua tahun itu, dari 7,6 persen, menjadi 6,8 persen," ucap Wakil Wali Kota Heroe Poerwadi, di sela agenda 'Obrolan YK', Rabu (10/5/2022) siang.
Dalam kesempatan tersebut, Heroe pun melempar ingatan jauh ke belakang, di tahun pertama dirinya menjabat kepala daerah.
Menurutnya, program pertama yang dicanangkanya bersama Haryadi Suyuti saat itu ialah efisiensi anggaran, beserta capaian kerja masing-masing OPD.
"Jadi, kalau ada 17 ribu KK yang masuk ketegori miskin, itu yang masuk target pengentasan dalam setahun anggaran ada berapa? Misal, kita patok 5 ribu, ya jumlah itu yang kita berikan treatment. Lainnya kita beri juga, tapi tidak jadi target, karena belum kritis," tandas Wawali.
"Memang itu tidak mudah. Setiap tahun harus ada program baru. Beda dengan dulu, mungkin APBD setiap tahun nggak ada bedanya, diulang-ulang. Tapi, sekarang setiap tahun, program, dan sasaran berubah," tambahnya.
Menurutnya, untuk melakukan perombakan itu, dibutuhkan waktu setidaknya satu tahun, karena program anggarannya disusun pada tahun sebelumnya.
Setelahnya, dirinya pun mampu mengubah mindset, bahwa dalam pengentasan kemiskinan ini wajib 'money follow program'.
"Ya, untuk mengentaskan kemiskinan, kita harus berbicara metode. Dulu kan kadang antar OPD bikin program, tetapi bentuk dan sasarannya hampir sama. Nah, itu kan tidak efektif dan buang-buang anggaran," katanya.
Lebih lanjut, Heroe pun tidak memungkiri, capaian apiknya dalam pengentasan kemiskinan ini, sempat tereduksi oleh gejolak pandemi Covid-19 yang melanda sejak awal 2020.
Warga masyarakat Kota Yogyakarta yang bergantung di sektor jasa, katanya, mendapat pukulan telak.
Baca juga: Poin-poin Hasil Kesepakatan Antara Warga di Seputaran TPST Piyungan dengan Pemda DIY
"Beda dengan kabupaten ya, yang banyak warganya yang berprofesi sebagai petani, peternak, dan sebagainya, yang masih mampu eksis. Warga kota yang mayoritas di bidang jasa, paling terpukul. Makanya, angka kemiskinan naik, menjadi kisaran 7,1 persen di 2022," keluhnya.