Idulfitri 1443 H

Garebeg Sawal Tidak Digelar Lagi, Keraton Yogyakarta Bagikan 2.700 Ubarampe untuk Abdi Dalem

Keraton Yogyakarta belum menggelar tradisi Hajad Dalem Garebeg Sawal yang biasanya ditandai dengan arak-arakan gunungan di hari pertama Lebaran.

Penulis: Yuwantoro Winduajie | Editor: Joko Widiyarso
TRIBUN JOGJA / YUWANTORO WINDUAJIE
Abdi dalem Keraton Yogyakarta saat hendak mengantarkan ubarampe ke tiga titik lokasi, sebagai ganti Garebeg Sawal yang belum dapat digelar 

TRIBUNJOGJA.COM, YOGYA - Keraton Yogyakarta belum menggelar tradisi Hajad Dalem Garebeg Sawal yang biasanya ditandai dengan arak-arakan gunungan di hari pertama Lebaran.

Sebagai gantinya, Keraton Yogyakarta melaksanakan prosesi pembagian ubarampe atau pelengkap sesajen berupa gunungan rengginang kepada seluruh abdi dalem.

Dari pantauan Tribun Jogja, suasana di Keraton tampak lengang sejak pagi hari. Di area tersebut hanya ditemui sejumlah abdi dalem yang tengah menyiapkan keperluan prosesi pembagian ubarampe.

Mantu Dalem yang  mewakili proses Hajad Dalem  Garebeg Syawal, KPH Purbodiningrat menjelaskan, pelaksanaan Garebeg Syawal kali ini belum dapat dilakukan seperti biasa yakni dengan rayahan, mengingat situasi dan kondisi pandemi Covid-19 yang belum sepenuhnya pulih.

Prosesi gunungan digantikan dengan pembagian ubarampe. 

Abdi dalem keraton saat hendak mengantarkan ubarampe ke tiga titik lokasi.
Abdi dalem keraton saat hendak mengantarkan ubarampe ke tiga titik lokasi. (TRIBUNJOGJA/ Yuwantoro Winduajie)

Sedikitnya ada 2.700 rengginang yang disiapkan dan dibagikan ke tiga tempat yakni Keraton Yogyakarta dan Masjid Gedhe, Pura Pakualaman, dan Kepatihan

“Meski jumlah kasus Covid-19 DIY relatif landai, namun kami memilih untuk tetap menggelar pembagian ubarampe Gunungan Syawal secara terbatas,” ujarnya, Selasa (3/5/2022).

Kanjeng Purbo, sapaannya, menambahkan, pembagian ubo rampe sejatinya merupakan esensi utama dari pelaksanaan Garebeg Syawal.

Sebab pada zaman dahulu, gunungan tidak diperebutkan atau dirayah oleh warga. Melainkan diserahkan kepada kerabat dan abdi dalem keraton.

Prosesi itu menyimbolkan sedekah Raja Keraton Yogyakarta Sri Sultan HB X kepada kerabat maupun rakyatnya.

"Jadi dulu sebetulnya gunugnan itu tidak diperebutkan tapi diserhakan ke kerabat dan abdi dalem. Tapi dengan perkemmabangan zaman mereka jadi berebut dan sebagainya. Ini simbol sedeka Sri Sultan kepada rakyat dan kerabatnya," ucapnya. 

Sumber: Tribun Jogja
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved