Cerita Anjas yang Bersepeda Selama 10 Hari dari Tangerang untuk Mudik ke Karangmojo Gunungkidul
Anjas, panggilan akrab pria ini, memilih mudik dengan cara yang tidak biasa. Ia bersepeda dari rumahnya yang berada di Tangerang, Banten.
Penulis: Alexander Aprita | Editor: Kurniatul Hidayah
TRIBUNJOGJA.COM, GUNUNGKIDUL - Lebaran tahun ini terasa spesial lantaran mudik kembali diperbolehkan.
Para perantau pun kini berbondong-bondong kembali ke kampung halaman demi melepas rindu dengan sanak saudara, begitu juga dengan Nanda Anjas Yuliansyah (26).
Anjas, panggilan akrab pria ini, memilih mudik dengan cara yang tidak biasa. Ia bersepeda dari rumahnya yang berada di Tangerang, Banten.
"Ini saya rencananya mau (Pedukuhan) Gatak, Karangmojo," katanya ditemui pada Rabu (27/04/2022) sore kemarin.
Baca juga: Mobil di Parkiran SPBU Airport Hub Kulon Progo Digasak Maling Saat Pemilik Sedang Tidur
Saat ditemui kemarin, Anjas baru saja sampai di Gunungkidul, persisnya di wilayah Kapanewon Playen. 16 hari sudah ia menempuh perjalanan tersebut, sejak dari 10 April lalu.
Masa perjalanan tak melulu ia habiskan dengan bersepeda. Saat malam datang, ia memilih beristirahat di kota-kota yang disinggahi, di rumah kenalannya yang menetap di kota tersebut.
"Mampirnya ke Bandung, Cianjur, Tasikmalaya, Banjarnegara, Baturaden (Banyumas), kemarin ini sampai Kota Yogyakarta," ujar pria kelahiran Tangerang, 1 Juli 1995 ini.
Anjas mengaku bisa menempuh jarak rata-rata sampai 100 kilometer atau 10 jam perjalanan sebelum berhenti untuk singgah. Sebisa mungkin, ia tiba di tempat tujuan sebelum hari gelap.
Sebabnya, ia merasa malam hari bukan waktu yang ramah untuk bersepeda. Apalagi ini baru pertama kalinya ia menempuh jarak sejauh itu.
"Soalnya toleransi pengendara untuk pesepeda kan masih rendah, jadi berbahaya saat malam hari," kata Anjas.
Tujuannya mudiknya, Karangmojo, merupakan kampung halaman ayahnya. Kedua orang tuanya kini menetap di kawasan Bintaro yang berada di Tangerang.
Anjas mengaku kedua orang tuanya sempat melarang keras keinginan putranya tersebut. Namun ia tak hilang akal, dibujuknya terus agar izin diberikan.
"Mereka tahu dan sempat melarang, tapi akhirnya dibolehkan berangkat," kata anak pertama dari 4 bersaudara ini.
Tak banyak barang yang dibawanya bersama sepeda tersebut. Paling tidak ia membawa persediaan makanan hingga pakaian sebagai perbekalan selama perjalanan.
Baca juga: Cerita Letkol Nur Wahyudi, Dandim Lebak yang Maafkan Buruh Pencuri HP Miliknya, Luluh Karena Ini
Pekerja harian lepas di bidang kreatif ini mengatakan ia memilih bersepeda lantaran ingin "merayakan" bisa kembali mudik.