Berita Klaten Hari Ini

Batu Lingga Patok Kuno di Sungai Desa Gempol Klaten Dipindahkan

Batu lingga yang diduga kuat peninggalan abad ke 9 itu diangkat secara manual oleh warga dan dipindahkan ke rumah Kadus 1 desa setempat.

Penulis: Almurfi Syofyan | Editor: Gaya Lufityanti
istimewa
Sejumlah warga dan anggota KPCB Klaten saat memindahkan batu lingga patok di Desa Gempol, Kecamatan Karanganom, Kabupaten Klaten. 

TRIBUNJOGJA.COM, KLATEN - Sejumlah warga Desa Gempol, Kecamatan Karanganom, Kabupaten Klaten bersama Komunitas Pemerhati Cagar Budaya (KPCB) Klaten memindahkan batu lingga patok yang berada di sungai desa setempat.

Batu lingga yang diduga kuat peninggalan abad ke 9 itu diangkat secara manual oleh warga dan dipindahkan ke rumah Kadus 1 desa setempat.

Tujuan dari pemindahan benda cagar budaya itu agar lebih terawat dan tak lapuk dimakan zaman mengingat nilai sejarah yang dimiliki oleh benda cagar budaya itu.

Baca juga: Klaten Masuk Kategori Miskin Ekstrem, DPRD Dorong Pemkab dan BPS Duduk Bersama

Humas KPCB Klaten , Hari Wahyudi mengatakan batu lingga patok kuno pada zaman dahulu berfungsi sebagai penanda batas wilayah atau batas tanah yang dijadikan sima.

"Namun kalau dalam kompleks percandian, batu lingga patok ini bisa juga berfungsi untuk batas suci area halaman candi," ujarnya pada Tribunjogja.com , Jumat (15/4/2022).

Diakui Hari, tidak jauh dari penemuan batu lingga patok berada juga terdapat sebuah kompleks struktur bekas percandian dan warga sekitar biasa menyebutnya dengan nama sawah candi.

"Kalau dari warga menyebut gumuk sawah candi, jadi itu berada area sawah Desa Gempol. Percandian itu diperkirakan berdiri pada abad ke 9 atau 10 masehi," ulasnya.

Hari mengakui, dirinya tidak tahu persis kenapa batu lingga patok tersebut sampai berada di dalam area sungai di desa tersebut.

Pasalnya, ia juga telah menggali informasi ke warga sekitar terkait keberadaan batu itu namun tidak ada warga yang tahu terkait kronologisnya.

Baca juga: Selama Ramadan, 9 Ribu Warga Klaten Ikuti Vaksin Booster Setiap Hari

"Dugaan saya batu lingga ini diambil di sekitar sawah candi tapi karena tidak kuat mengangkatnya saat menyeberang sungai makanya batu ditinggal begitu saja," ucapnya.

Hari pun mengakui beratnya batu lingga patok tersebut saat diangkat secara manual.

Bahkan, ia bersama 4 temannya yang mengangkat batu itu hanya bisa berjalan setapak demi setapak.

Padahal batu lingga patok itu panjangnya kurang dari 1 meter.

"Awalnya saat diangkat dari dasar sungai bisa berjalan baik, namun saat hampir sampai ke atas batunya semakin berat seperti diduduki gajah beratnya," imbuh dia. ( Tribunjogja.com )

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved