Cerita Kolonel Priyanto Soal Aksinya Mengebom Rumah Saat Terjun di Operasi Militer Timor Timur
Kolonel Priyanto kemudian menjelaskan bila dirinya pernah dua kali terjun dalam operasi militer di Timor-Timur.
Penulis: Hari Susmayanti | Editor: Hari Susmayanti
Priyanto kemudian menjelaskan dalam perjalanan menuju Jakarta sempat menjemput Lala yang belakangan diketahui bernama Nurmala Sari di Cimahi.
"Teman atau apa?" tanya Faridah dalam sidang.
"Teman," jawab Priyanto.
"Statusnya apa ini Nurmala Sari?" tanya Faridah.
"Janda," jawab Priyanto.
Baca juga: Kesaksian Mendalam Ayah Korban Laka Nagreg yang Jasadnya Dibuang Tiga Oknum TNI: Hatinya Kemana?
Priyanto kemudian menjelaskan dalam persidangan bahwa dirinya berteman dengan Lala sejak tahun 2013.
Saat itu, ia bertugas sebagai Guru Militer (Gumil) di Pusdik Pemilum Cimahi Jawa Barat.
Pada gilirannya, Hakim Anggota Kolonel Chk Surjadi Syamsir juga turut mendalami terkait hubungan Priyanto dengan Lala.
Dari sana diketahui bahwa Priyanto mengaku tidak pernah menikah dengan Lala.
"Tidak (pernah menikah), hanya sebagai teman biasa saja," jawab Priyanto menjawab pertanyaan hakim.
Alasan buang tubuh Handi dan Salsabila
Dalam persidangan, Priyanto pun mengaku niat untuk membuang jenazah Handi dan Salsabila muncul untuk melindungi sopirnya yakni Kopda Andreas Dwi Atmoko.
Priyanto mengaku memiliki hubungan emosional dengan Andreas karena selama ini Andreas telah menjaga anak-anaknya dan keluarganya.
"Ada niat ingin menolong dia, itu yang pertama. Kemudian panik. Kemudian Kopda Dwi Atmoko pada saat itu juga sama-sama panik. Kemudian dia bingung juga. Akhirnya saya ambil keputusan. Sudah, kita hilangkan. Maksud saya kita buang saja mayat ini. Dari situlah tercetus," kata Priyanto.
Namun demikian, Hakim Anggota Kolonel Chk Surjadi Syamsir, heran mengapa Priyanto justru melindungi anggotanya ketimbang korban.