Feature

Menilik Sejarah Masjid Selo Peninggalan Sri Sultan Hamengku Buwono I

Yogyakarta menjadi gudangnya sejarah. Mulai dari sejarah era Mataram Islam hingga masa-masa awal kemerdekaan Indonesia masih mudah dijumpai.

Penulis: Miftahul Huda | Editor: Mona Kriesdinar
Tribunjogja/Miftahul Huda
CAGAR BUDAYA - Fasad depan Masjid Selo di Panembahan, Kraton, Yogyakarta, Senin (4/4/2022). 

"Kemudian sekitar tahun 1965 beberapa tokoh masyarakat melihat, kok, ini ada bangunan masjid enggak dipakai. Kemudian mengirim surat kpada Keraton yang intinya mohon izin untuk menggunakan bangunan," jelas pria yang akrab disapa Narwi ini.

"Oleh kraton mengizinkan, keno nganggo nanging ora keno owah-owah (boleh digunakan tetapi tidak boleh mengubah bangunan)," imbuhnya.

Mulai saat itu, warga bergotong royong membersihkan masjid yang dulunya digunakan untuk menyimpan keranda tersebut. Awal dimanfaatkan masyarakat, lantainya masih bermodel lama, yakni jerambah bersemen lalu ditutup tikar.

Gaya arsitektur

Fasad bangunan Masjid Selo menyerupai Tamansari. Maklum, arsitek dari bangunan masjid itu sama dengan arsitek Tamansari, taman air masyhur yang berada di sebelah barat Keraton Yogyakarta.

Di mana kubah masjid itu mengerucut berbahan semen dan batu menyerupai bangunan di Tamansari.

Tembok di masjid itu juga tebalnya 75 sentimeter.

Model jendela yang digunakan berupa teralis terbuat dari kayu.

Tidak banyak ornamen yang digunakan dalam pembangunan masjid itu. Langit-langitnya juga berbentuk mengerucut persis seperti bangunan Tamansari.

"Atap pintunya agak rendah, boleh jadi orang ketika masuk harus menunduk. Itu filosofinya," tutur Narwi. "Menunduk tadi maksudnya menghormat.”

Fondasi masjid ini juga sangat dalam masuk ke tanah. Bahkan ketika terjadi gempa bumi besar di DIY, relatif bangunan ini tidak terdampak. “Lah, kemarin orang buat sumur irigasi katanya melihat fondasi masjidnya," terang dia.

Luas awal masjid itu lebih kurang 6x8 meter persegi, hanya bisa menampung sekitar 30 jemaah.

Saat ini masjid itu dilakukan perluasan dengan menambah serambi di kanan dan kiri bangunan utama masjid.

Otomatis daya tampung bertambah, yakni lebih kurang 150 jemaah. Kini Masjid Selo masuk ke dalam Bangunan Cagar Budaya. (Miftahul Huda)

Baca Tribun Jogja edisi rabu 06 April 2022 halaman 01

Sumber: Tribun Jogja
Rekomendasi untuk Anda
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved