Berita DI Yogyakarta Hari Ini
Marak Fenomena Klitih di Yogyakarta, Ridwan Kamil Bandingkan dengan Penanganan Geng Motor di Bandung
Ridwan Kamil memberi masukkan Pemda Daerah Istimewa Yogyakarta agar merangkul pimpinan pelaku kejahatan jalanan atau klitih .
Penulis: R.Hanif Suryo Nugroho | Editor: Gaya Lufityanti
TRIBUNJOGJA.COM - Belakangan, kejahatan jalanan atau klitih yang marak terjadi di Yogyakarta menjadi perbincangan hangat publik tanah air setelah seorang pelajar berinisial D (18) asal Kebumen, Jawa Tengah (Jateng) menjadi korban tewas di Jalan Gedongkuning, Yogyakarta , Minggu (3/4/2022).
Korban diketahui meninggal dunia karena luka di bagian kepala setelah dihantam gir.
Polisi masih memburu pelaku dengan melakukan olah Tempat Kejadian Perkara (TKP).
Lalu, mengumpulkan keterangan saksi-saksi dan memeriksa rekaman kamera pengawas (CCTV) yang ada di seputar lokasi kejadian.
Baca juga: Kunjungi Kediaman Butet Kartaredjasa, Ridwan Kamil: Dialog Budaya, Mendinginkan Suhu Politik
Terkait maraknya fenomena klitih di Yogyakarta , Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil di sela kunjungannya ke kediaman Butet Kartaredjasa memberi masukkan Pemda Daerah Istimewa Yogyakarta agar merangkul pimpinan pelaku kejahatan jalanan atau klitih .
Diakuinya, dulu kejahatan jalanan yang dilakukan geng motor di Bandung cukup marak, namun belakangan sangat berkurang.
"Dulu Bandung terkenal geng motornya, namun relatif lebih rendah dibandingkan sini. Penanganannya adalah merangkul mereka," kata pria yang akrab disapa Kang Emil di kediaman seniman Butet Kertaradjasa di Bantul , Rabu (6/4/2022).
Ia memberi masukan, apabila ada pimpinan dari pelaku kejahatan jalanan untuk dirangkul, kemudian dimasukkan dalam organisasi formal untuk berkegiatan dan mendapatkan pelatihan tentang wawasan kebangsaan, ketertiban dan lain-lain.
"Penanganan tidak di taraf edukasi atau himbauan. Harus didukung pembuatan program perekrutan semua pelaku untuk kemudian dilatih oleh institusi negara. Sehingga ketika selesai pemikirannya bisa lebih baik. Mungkin bisa menjadi masukkan," lanjutnya.
Pada dasarnya, lanjut Kang Emil, orang Indonesia hanya butuh dirangkul.
Ibarat bola bekel, dipukul keras maka memantul keras.
"Intinya cuma satu sebenarnya, sibukkan para pemuda itu dengan kegiatan-kegiatan positif agar mereka tidak berbuat yang macam-macam," tegas Kang Emil.
Baca juga: Wujudkan Indonesia Emas 2045, Ridwan Kamil: Generasi Muda Harus Optimistis, Jangan Bertengkar
Sementara itu, Butet Kartaredjasa menilai, maraknya fenomena klitih ialah wujud kompensasi anak-anak muda remaja mencari perhatian secara gampang dan primitif.
Cara yang paling mudah yaitu dengan membacok serta tindakan anarkis lainnya.
"Saya pikir infrastruktur tempat bertumbuhnya komunitas seni yang difasilitasi pemerintah melalui danais ini harus diperbanyak kegiatannya dan supportingnya karena ini merupakan kompensasi anak-anak muda, remaja mencari perhatian secara gampang dan secara primitif itu dengan membacok orang, melakukan tindakan anarki," kata Butet.
"Tapi kalau orang sudah bersentuhan dengan jalan kebudayaan, saya yakin asalkan ada infrastruktur untuk itu. Itu saja yang diperkuat dan saya rasa Jogja sudah menjadi satu ranah kebudayaan yang sudah diuji oleh sejarah, mampu menumbuhkan anak anak muda kayak saya ini, sejak remaja sudah berkesenian, menyelamatkan hidup saya juga lewat berkesenian," pungkasnya. ( Tribunjogja.com )